Propaganda itu muncul dalam sebuah video klip animasi, di mana militer China menyerang sebuah kapal induk dengan rudal balistik dan menghancurkan sebuah lapangan udara. Musuh dalam animasi itu tidak disebutkan.
Namun, dalam video animiasi yang dirilis akhir bulan lalu oleh raksasa internet China, Tencent, menunjukkan banyak kapal mirip kapal perang AS, seperti kapal Nimitz-class. Sedangkan pesawat-pesawat jet tempur yang diserang mirip pesawat F-22 AS buatan Lockheed Martin.
Meski hanya terlihat fantasi, tapi video animasi itu sudah ditonton lebih dari 60 juta kali sejauh ini. Video itu juga mencerminkan suasana hati masyarakat China yang rasa nasionalismenya sedang bangkit seiring dengan kemajuan militer Beijing.
Sejak China dipimpin Presiden Xi Jinping, negara itu semakin percaya diri dengan memiliki teknologi militer yang cangggih dan membuat AS untuk berpikir dua kali sebelum mengusik militer China.
”Bisakah Amerika Serikat yakin menggapai tangan yang tinggi dalam hal konfrontasi dengan China?,” kata mantan petinggi militer China, pensiunan Mayor Jenderal Luo Yuan, yang sekarang menjadi komentator militer. ”China sedang mempersiapkan diri setiap hari untuk memenangkan perang modern,” katanya lagi, seperti dikutip Reuters, Kamis (10/9/2015).
China beberapa kali terlibat ketegangan dengan AS. Di antaranya, terkait serangan cyber, sengketa Laut China Selatan di mana AS menentang klaim dan reklamasi Beijing di kawasan itu, dan soal sengketa Laut China Timur, di mana AS membela sekutunya, Jepang yang bersengketa dengan China. AS juga membela Taiwan yang dianggap China sebagai provinsinya yang membangkang.
Dalam parade militer besar-besaran, China telah memamerkan sejumlah rudal balistik nuklir antar-benua yang selama ini dirahasiakan. Beberapa rudal canggih itu antara lain, Dong Feng-21d atau DF-21d, yang dirancang untuk menghancurkan sebuah kapal induk dengan satu tembakan.
Selain itu, dipamerkan pula rudal DF-5B dan DF-31A serta DF-26. Beberapa rudal canggih China itu dianggap bisa mengancam wilayah AS.
”Kami pada dasarnya sudah menembus rantai pulau pertama,” kata pensiunan laksamana militer China, Zhang Zhaozhong, mengacu pada kemampuan militer China untuk menghadapi AS yang mendekati Taiwan.
”Sekarang kita perlu untuk menerobos rantai pulau kedua dan ketiga,” imbuh dia, yang artinya militer China mampu menantang Angkatan Laut AS di seluruh Asia Timur hingga ke Hawaii.
Namun, Richard Bitzinger, seorang analis keamanan regional di S Rajaratnam School of International Studies di Singapura, mengatakan, tidak ada teknologi baru yang ditampilkan dalam parade militer China beberapa hari lalu. Menurutnya, China memang lebih percaya diri.
”Hanya karena mereka sedang mengembangkan kemampuan operasi yang rumit, terutama ditujukan untuk Amerika, tidak berarti mereka telah memenangkan perang,” kritiknya.
(mas)
WASHINGTON - Pentagon menuding China telah menantang superioritas atau dominasi militer Amerika Serikat (AS) di udara dan ruang angkasa. Pentagon mengakui China telah bergerak cepat menutup kekurangan teknologi militer mereka sehingga bisa bersaing dengan militer AS.
Tudingan itu disampaikan Wakil Kepala Pentagon, Robert Work yang berbicara kepada sekelompok ahli kedirgantaraan militer dan sipil. Menurutnya, China sudah bergerak gesit dalam menutupi kesenjangan teknologi militernya.
Work mencontohkan, China telah mengembangkan radar anti-pesawat, pesawat mata-mata canggih, rudal hebat dan peralatan perang elektronik. Pentagon berharap, hubungan AS dengan China terus konstruktif.
”Namun, Pentagon tidak dapat mengabaikan aspek kompetitif dari hubungan kita, terutama di ranah kemampuan militer, di mana China terus meningkatkan kemampuannya pada tingkat yang sangat mengesankan,” katanya, seperti dikutip Reuters, Selasa (23/6/2015).
Wakil Menteri Pertahanan AS itu juga berbicara pada konferensi perdana “China Aerospace Studies Initiative”, sebuah kemitraan dari Angkatan Udara AS dan kelompok think-thank RAND Corporation. Inisiatif itu bertujuan untuk meningkatkan penelitian AS tentang ambisi kedirgantaraan China.
Work melanjutkan, pemimpin AS dan China melihat hubungan bilateral kedua negara sebagai salah satu cara mempererat kerjasama. Tapi, perihal kompetisi di bidang militer tetap berjalan. ”Kami berharap dari waktu ke waktu bahwa aspek kerjasama lebih besar daripada aspek persaingan,” ujarnya.
”Lantaran poisi kami sebagai Departemen Pertahanan, kami sebagai kekuatan pelindung. Kami mengatakan; 'Lihat, di sini kemampuan yang kita lihat, bahwa China sedang mengembangkannya dan itu penting bagi kita untuk dapat melawan mereka',” katanya mengacu pada persaingan meningkatan kecanggihan peralatan militer.
(mas)
sumber | republished by Halo Unik !
No comments:
Post a Comment