[FAKTA] RI Bisa 'Meninggal' Kalau Singapura Setop Kirim Minyak, Mahendra: Betul Itu

icon18_edit_allbkg

.com/blogger_img_proxy/
Walau negara kecil, namun Singapura menjadi tumpuan Indonesia untuk memasok BBM dan minyak mentah. Pemerintah menyatakan bila Singapura menghentikan pasokan minyak dan BBM, Indonesia bakal kelimpungan.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Mahendra Siregar mengakui tingginya ketergantungan Indonesia terhadap minyak dan BBM impor.

"Saya rasa betul itu, hitungannya saya tidak paham detail tapi saya rasa betul itu," kata Mahendra pada acara Kadin di Hotel JW Marriott, Mega Kuningan, Jakarta, Selasa (11/2/2014).

Mahendra mengatakan, Indonesia tak hanya ketergantungan pasokan minyak dari Singapura saja. Namun ada juga negara-negara lain yang sering menjual pasokan minyak dan BBM ke Indonesia. Tingginya ketergantungan Indonesia terhadap BBM dan minyak impor, adalah karena sumur-sumur minyak yang mulai menurun produksinya.

"Bukan hanya kepada Singapura, tapi secara keseluruhan kita sudah memasuki tahap di mana sumur minyak kita mengalami penurunan produksi secara alami dan itu tidak bisa dihindari," paparnya.

Menurut Mahendra, Hharus ada langkah konkret pemerintah bila tidak ingin terus bergantung pada impor minyak yang terus naik. Salah satu solusinya, Indonesia harus memiliki energi alternatif.

"Karena Indonesia akan terus semakin meningkat impornya, Indonesia kondisi minyaknya tidak terelakkan akan semakin berkurang," tambah Mahendra.

Penggunaan energi alternatif pun tidak akan berhasil bila tidak dibarengi dengan penurunan subsidi BBM.

"Kalau saya bilang tadi mencari energi alternatif. Akan sulit mencari energi alternatif kalau subsidi BBM masih semakin besar," tutupnya.

Sebelumnya, Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo mengatakan, Indonesia harus mengimpor 900.000 barel per hari minyak mentah dan BBM dari total kebutuhan 1,4 juta barel per hari. Faktanya hampir sebagian besar minyak mentah dan BBM itu diimpor dari Singapura.

"Apa yang terjadi kalau Singapura setop ekspor BBM ke Indonesia, apa yang terjadi kalau Malaysia juga setop ekspor BBM ke Indonesia? 5 hari kita bisa meninggal," ungkap Susilo akhir pekan ini.

Menurutnya apalagi hal itu terjadi dalam kondisi perang, maka pesawat tempur canggih, kapal perang, tank tempur dan kendaraan tempur milik Indonesia tidak akan bisa beroperasi dalam waktu yang lama.

"Mau diisi sama apa? sama air?" ucapnya. 

Sementara Wakil Ketua Komite BPH Migas Fanshurullah Asa mengatakan, memang benar Indonesia banyak mendapatkan pasokan minyak mentah dan BBM dari Singapura. Namun bukan berarti Indonesia kelimpungan bila Singapura menyetop kirim minyaknya.

"Impor kita bisa dari mana saja, dari Amerika Serikat, Iran, Irak, dan banyak negara lainnya," ungkap Fanshurullah.

Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikutip detikFinance, sepanjang 2013 lalu, Indonesia mengimpor hasil minyak atau BBM dengan total US$ 28,56 miliar atau sekitar Rp 285 triliun, berjumlah 29,6 juta ton. Dari jumlah itu, nilai impor BBM dari Singapura adalah US$ 15,145 miliar atau sekitar Rp 151 triliun. Jumlah BBM yang diimpor Indonesia dari Singapura mencapai 29,6 juta ton.

Selain Singapura, berikut negara-negara yang BBM-nya sering dibeli oleh Indonesia sepanjang 2013:

  • Malaysia, dengan niai US$ 6,4 miliar atau Rp 64 triliun. Jumlahnya 6,7 juta ton
  • Korea Selatan, dengan nilai US$ 2,53 miliar atau sekitar Rp 25 triliun. Jumlahnya 2,7 juta ton
  • Kuwait, dengan nilai US$ 906 juta atau sekitar Rp 9 triliun. Jumlahnya 1,07 juta ton
  • Arab Saudi, dengan nilai US$ 709 juta atau sekitar Rp 7 triliun. Jumlahnya 735 ribu ton
  • Qatar, dengan nilai US$ 538 juta atau sekitar Rp 5 triliun. Jumlahnya 562 ribu ton
  • Uni Emirat Arab, dengan nilai US$ 367 juta atau sekitar Rp 3 triliun. Jumlahnya 371 ribu ton
  • Taiwan, dengan nilai US$ 312 juta atau sekitar Rp 3 triliun. Jumlahnya 310 ribu ton
  • Rusia, dengan nilai US$ 261 juta atau sekitar Rp 2 triliun lebih. Jumlahnya 277 ribu ton
  • China, dengan nilai US$ 257 juta atau sekitar Rp 2 triliun lebih. Jumlahnya 245 ribu ton
  • Sisanya dari negara lain, dengan nilai US$ 1,05 miliar atau Rp 10 triliun lebih. Jumlahnya 1,01 juta ton


sumber | digali.blogspot.com




backtotop