Setelah menjadi salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia ternyata tidak membuat Google mau menggaji lebih banyak pakar teknologi untuk memperbaiki software buatan mereka. Kabar baiknya, hal tersebut justru dapat dimanfaatkan oleh ahli komputer lain di luar sana.
Ya, Google menyatakan pihaknya telah menaikkan imbalan untuk program 'pemburu' bug (kesalahan program) di jajaran software buatan mereka, seperti browser Google Chrome. Google lebih memilih cara ini ketimbang merekrut analis teknologi baru untuk menemukan bug-bug di software buatannya. Jika awalnya, setiap penemuan satu bug dihargai Rp 6-60 juta, maka kini jumlah tersebut naik tiga kali lipat.
Saat ini Google menawarkan imbalan minimal USD 15.000 atau Rp 180 juta lebih bagi siapa saja yang berhasil menemukan bug di software-software Google, PC World (30/09). Bukan tanpa alasan Google menaikkan uang imbalan, sebab di luar sana mereka tengah berkompetisi dengan organisasi kriminal dunia maya yang juga mau membeli informasi seputar bug di Google dengan harga yang tak kalah fantastis.
Dengan mendapatkan data bug pada software Google, para hacker di dalam jaringan organisasi kriminal dapat dengan mudah menyusupkan virus atau malware untuk tindakan ilegal lain.
Guna menaikkan penawaran agar para ahli teknologi di luar sana semakin tertarik mengikuti program 'bug bounty', Google juga menawarkan promosi publik bagi mereka yang berhasil menemukan bug Google. Publikasi profil penemu bug kemungkinan besar akan disebar oleh Google lewat blog dan media lainnya di internet.
Menariknya, jika penemuan bug tersebut sangat penting dan berpengaruh bagi software-software Google, perusahaan yang didirikan oleh Larry Page dan Sergey Brin tersebut tidak ragu untuk meningkatkan uang imbalan hingga dua kali lipat, atau Rp 350 juta lebih. Penemu-penemu bug tersebut juga akan dimasukkan dalam 'Hall of Fame' milik Google yang dapat diakses secara bebas.
[bbo]
No comments:
Post a Comment