Cerita Tentang Paspampres Tak Ada Matinya






Sepuluh tahun menjadi wartawati di lingkungan Istana Kepresidenan, wajar kalau saya mengetahui dan menyimpan begitu banyak kisah-kisah menarik seputar sepak terjang Pasukan Pengamanan Presiden atau Paspampres dalam interaksi mereka di lapangan bersama para wartawan yang bertugas di lingkungan Istana.

Jadi kali ini, yang akan saya ceritakan adalah cerita-cerita ringan yang mempunyai sisi kejenakaan saat bertugas sebagai wartawati istana terkait Paspampres.

Saya mulai dari seorang wartawati istana yang sangat cantik sekali.

Sahabat saya ini bernama Monique Rijkers, wartawati cetdas dari Kantor Berita 68H.

Saya, Monique dan semua wartawan istana pasti sudah tahu dan hapal luar kepala bahwa seluruh wartawan istana tidak diperbolehkan memakai sepatu sendal.

Seluruh jari kaki harus tertutup.

Pada suatu hari, sambil menunggu sebuah acara di Istana Negara, saya dan sejumlah wartawan duduk di pinggiran lorong Istana.

Salah seorang wartawati yang ikut duduk di lorong itu adalah Monique.

Monique kawan saya ini, orangnya lugu dan cepat panikan kalau sudah berhadapan dengan Paspampres.

Satu hari, Monique meliput dengan menggunakan sepatu sendal. Seluruh jari jemari kakinya yang putih dan terurus rapi terpampang kelihatan.

Wartawan senior yang sudah meliput di Istana sejak era Pak Harto ingin iseng kepada Monique.

Diam-diam, senior kami itu melapor ke Paspampres yang berjaga bahwa ada wartawati yang memakai sepatu sendal, padahal ada larangan memakai sepatu sendal.

Spontan Paspampres mencari siapa wartawati yang namanya Monique.

Begitu kedapatan bahwa Monique sedang duduk di lorong (dan saya ada di situ), Paspampres dengan sopan meminta Monique mengganti sepatunya dengan yang lebih formil.

Monique pun menjawab lugu, “Aduh Pak, sepatu saya ini formil taukkk. Saya kan wartawati istana, masak saya bawa dua sepatu sih kalau meliput? kata Monique ke anggota Paspampres yang wajahnya tak ada ekspresi itu.

Kami semua yang duduk di dekat Monique tak ada yang berani bicara karena semua wartawan istana sudah sangat paham bahwa janganlah coba-coba cari masalah dengan Paspampres.

Akhirnya Monique memang diminta untuk mengganti dulu sepatunya kalau ingin tetap meliput karena yang dijalankan paspampres sebatas melaksanakan dan menegakkan aturan.

Setelah Monique pulang, wartawan-senior lelaki yang menjadi otak pelaku yang mengadukan hal tersebut ke Paspampres, tertawa terbahak-bahak.

Maksud mereka, pasti sangat lucu kalau Monique yang memang sangat cantik ini dicari Paspampres yang wajahnya tidak ada ekspresi.

Seorang kawan mengatakan, “Kok gitu sih becandanya, kasihan Monique kan. Masak sudah sampai disini, harus pulang lagi?”.

Begitulah salah satu kenangan saya tentang Paspampres.

Mereka sebenarnya baik tapi kalau sedang bertugas, jangan ada yang coba-coba meragukan ketegasan dan profesionalisme mereka.


Spoiler for :

Kejadian lain yang saya kenang dari Paspampres adalah mereka cepat tanggap dan langsung “paham” wartawan-wartawan mana yang oleh sang presiden dikenal baik sebagai sahabat dekat.

Satu waktu saya ingin memberikan parfum untuk Presiden Megawati Soekarnoputri, yang saya dapat dari Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu yang baru kembali dari London, Inggris.

Waktu itu Megawati akan bersiap pulang ke kediamannya di Jalan Teuku Umar.

Paspampres yang memang tahu bahwa saya adalah salah satu dari sangat sedikit wartawan istana yang pasti akan selalu disapa dan memang dekat dengan pasangan Taufiq Kiemas dan Megawati, membiarkan saya menunggu di dekat iring-iringan mobil presiden yang sudah stand by untuk berangkat.

Paspampres mengatakan kepada saya, “Tunggu di sebelah situ aja Mbak. Kalau ibu turun dari tangga dan berkenan menyapa, nanti Mbak mendekat ya” kata Paspampres itu.

Begitu Megawati keluar dari Istana dari pintu samping dan melihat saya berdiri di salah satu pojok, saya langsung disapa dan diminta mendekat.

“Kamu ngapain disitu? Sini” kata Megawati.

“Ini Bu, aku dapat oleh-oleh parfum dari Pak Mizard, beliau baru pulang dari London. Ini buat Ibu” kata saya kepada Megawati.

“Makasih ya” jawab Megawati dan langsung mengambil parfum yang saya berikan.

Dan Paspampres yan bertugas mengawal Taufiq Kiemas lebih tahu lagi bahwa saya sangat disayang dan diistimewakan oleh Almarhum Taufiq Kiemas.

Bila saya di lokasi yang sama dengan Taufiq Kiemas sepanjang Megawati menjadi Presiden maka tak akan Paspampres yang menghalangi saya mendekat.

Dan saya sangat tahu, bagaimana besarnya perhatian TK — panggilan Taufiq Kiemas — untuk semua anggota Paspampres yang mengawal Keluarga Taufiq Kiemas dan Megawati.

TK paham bahwa semua anggota Paspampres ini hidup sangat sederhana, apa adanya dan jauh dari kemewahan.

Gaji mereka kecil tetapi pengabdian mereka luar biasa kepada negara benar-benar sangat mengagumkan.

Sehingga, tak pernah TK mengabaikan dan melupakan Paspampres.

Sebab TK sungguh memahami bahwa semua anggota Paspampres bekerja dengan dedikasi dan profesionalisme yang tinggi.

Apa saja kebutuhan Paspampres dipenuhi oleh TK, sepanjang TK bisa membantu dan memberikan.

Saya sampai terharu luar biasa saat saya mengetahui betapa baiknya Taufiq Kiemas kepada seluruh anggota Paspampres.

Sebab dari ujung kepala sampai ujung kaki, anggota-anggota Paspampres diperhatikan dan sering dibantu untuk mendapatkan perlengkapan, pakaian dan sepatu yang dibeli menggunakan uang Taufiq Kiemas pribadi.

TK memang selalu perhatian pada Paspampres.

Kalau pemberiannya tidak dipakai oleh Paspampres, TK akan sangat marah. Dan kalau TK sudah memberikan sesuatu untuk digunakan oleh Paspampres, ia tidak cuma memberikan kepada satu atau dua orang.

Tapi semua akan sama rata diberi barang yang sama.


Spoiler for :

Sedangkan cerita seputar Paspampres di era Presiden Sby lebih beragam dan lebih menarik.

Komandan Grup A Paspampres, Kolonel Agus Sutomo (saat ini sudah berpangkat Mayor Jenderal dan menjabat sebagai Danjen Kopassus), pernah mendadak harus membawa moge atau motor gede yang biasa digunakan Paspampres dalam iring-iringan mobil kepresidenan.

Karena Pak Sby tidak mau terlambat maka beliau minta untuk naik motor dan kejadian Sby naik motor ini sudah pernah beberapa kali terjadi.

Salah satu yang “beruntung” bisa membonceng Pak Sby adalah Agus Sutomo.

Dalam hitungan menit, Agus Sutomo yang samasekali tidak pernah menggunakan moge, meminta kepada anggota PM yang bertugas untuk menjelaskan cara membawa motor tersebut.

Ternyata Pak Sby tahu bahwa Agus Sutomo sebenarnya baru pertama kali membawa moge.

“Kamu yakin kamu bisa bawa, Gus?” tanya Presiden Sby kepada Dan Grup A Paspampres Agus Sutomo.

“Siap Bapak, saya bisa” jawab Agus Sutomo.

Dan memang luar biasa Paspampres, gaya nekatnya bukan sekedar nekat, karena ternyata Agus Sutomo bisa sangat lancar dan tak menemukan masalah apapun saat membonceng Presiden Sby.

Dan masih dalam masa kepresidenan Pak Sby, yaitu sekitar tahun 2005, saya pernah mengalami hal yang sangat menegangkan.

Pada suatu hari, Sby ingin melakukan sidak ke Bandara Soetta untuk melihat terminal yang dikhususkan bagi para Tenaga Kerja Indonesia atau TKI.

Dan Sby ingin, semua mobil para peliput yaitu wartawan-wartawan istana, dibiarkan untuk bergabung dalam iring-iringan mobil kepresidenan dari Istana ke Bandara Soetta.

Ketika itu saya sedang hamil tua dan saya sudah mati rasanya ikut dalam iring-iringan mobil presiden.

Sebab Paspampres kalau sedang membawa presiden di jalan raya, ada formasi tersendiri yang mereka tetapkan di jalanan untu zig zag.

Yang sayap kiri, nanti pindah ke kanan, lalu yang kanan pindah ke kiri, begitu teratur dalam hitungan detik.

Saya sudah benar-benar mau mati rasanya ikut dalam rombongan presiden yang kecepatan mobilnya termasuk tinggi, disertai jurus zig zag seperti itu.

Sesampainya di Bandara Soetta, ada anggota Paspampres yang kasihan melihat saya sudah sangat terkejut dan masih pucat begitu turun dari mobil.

“Istirahat dulu Mbak, minum teh hangat, Mbak baru pertama ikut ya? tanya Paspampres itu.

Saya tidak menjawab tapi saya menganggukkan kepala.

Seusai melakukan sidah di terminal TKI yang ada di Bandara Soetta, Pak Sby mentaraktir semua anggota rombongan dan wartawan untuk makan di sebuah restoran.

“Kenapa Mega, kamu katanya sakit?” tanya Sby kepada saya.

Saya jawab, “Saya sudah mau mati pak, saya gak mau lagi ikut-ikut rombongan bapak. Benar-benar saya sudah mau mati rasanya” jawab saya polos.

Pak Sby tertawa melihat saya trauma dengan gaya Paspampres membawa Presiden di jalan raya.



Quote:


Apa dan bagaimana sebenarnya yang namanya Paspampres ?

Paspampres didirikan sejak tanggal 3 Januari 1946.

Berdasarkan Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/5/I/2010 tanggal 20 Januari 2010, organisasi Paspampres disempurnakan dengan komposisi sebagai berikut:

Unsur Pimpinan Komandan (Dan Paspampres) dan Wakil Komandan (Wadan Paspampres)
Unsur Pembantu Pimpinan terdiri dari Inspektorat, Staf Perencanaan, Staf Intelejen , Staf Operasi, Staf Personel dan Staf Logistik.
Unsur pelayanan tediri dari Pekas , Sekretariat dan Detasemen Markas.
Unsur Badan pelaksana terdiri dari Densi, Denkomlek, Denkes, Denpal, Denbekang dan Pusdalops.
Unsur pelaksana terdiri dari :

Grup A, berkekuatan 4 Detasemen, melaksanakan pengamanan fisik jarak dekat terhadap Presiden RI beserta keluarganya.

Grup B, berkekuatan 4 Detasemen, melaksanakan pengamanan fisik jarak dekat terhadap Wakil Presiden RI beserta keluarganya.

Grup C, bertugas melatih dan membina kemampuan personil Paspampres TNI, serta 1 Detasemen latihan bertugas melatih dan membina kemampuan personel Paspampres.
Grup D, berkekuatan 2 Detasemen melaksanakan pengamanan fisik jarak dekat terhadap mantan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya

a. Batalyon Pengawal dan Protokoler Kenegaraan.
b. Skuadron Kavaleri Panser.
c. Detasemen Musik (Densik).




Saat ini yang menjadi Komandan Paspampres adalah Mayor Jenderal TNI Doni Monardo, dengan didampingi 4 Komandan Grup yaitu:

Komandan Grup A Paspampres; Kolonel Inf. Bambang Trisnohadi

Komandan Grup B Paspampres: Kolonel Mar Agung Trisnanto

Komandan Grup C Paspampres: Kolonel Wahyu Hidayat Sujatmiko

Komandan Grup D Paspampres: Letnan Kolonel Novy Helmi

Dan jika ada yang masyarakat belum paham tentang seberapa jauh kesiapan Paspampres mempersiapkan diri untuk menyambut presiden dan wakil presiden terpilih, ada sebuah informasi yang cukup penting diketahui bahwa Paspampres sudah menyiapkan sebuah satgas untuk menyambut pemerintahan baru di Indonesia.

Menjelang pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Paspampres telah menggelar latihan terintegrasi Satuan Tugas (Satgas) Presiden Terpilih di Halim pada hari Jumat (18/07/2014) lalu.

Latihan yang dilaksanakan terdiri dari latihan pengamanan pribadi, pengawalan bermotor, hingga latihan tim penyelamatan. Satgas ini dibentuk untuk memberikan pengamanan kepada Presiden dan Wakil Presiden terpilih hingga masa pelantikan oleh MPR/DPR pada bulan Oktober mendatang.



Satgas ini tersusun dari 200 anggota Paspampres yang telah melewati seleksi khusus. Mereka yang terpilih merupakan anggota yang sebelumnya telah mengikuti pelatihan khusus bersama PSS Republic of Korea di Korea Selatan, Training Camp Yong Moodo di Yong In University, dan latihan Pengamanan Pribadi di Paspampres. Kemampuan berenang, menembak serta beladiri di atas rata-rata merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki setiap anggota Satgas.

Ada atau tidak ada sengketa di tingkat Mahkamah Konstitusi, dan siapapun yang akan menjadi presiden terpilih secara definitif, Paspampres telah bersiap diri untuk menyambut pemerintahan yang baru di Indonesia.

Tak perlu diajari tentang apa yang harus mereka lakukan, Paspampres sudah sangat terlatih dan tahu apa yang harus mereka lakukan.

Dan Indonesia bangga punya Paspampres.

Sangat bangga.



sumber | digali.blogspot.com


No comments:

Post a Comment



Back to Top

Artikel Terkait Lainnya

Back to Top