Memiliki rasa sosial yang tinggi, serta adanya keprihatinan membuat ibu kembar Sri Irianingsih dan Sri Rosyati mengabdikan diri untuk anak-anak jalanan dari penjuru nusantara. Misinya, meningkatkan kualitas anak jalanan dengan pendidikan.
"Kami ingin mereka punya ijazah, mengangkat harkat, martabat dan derajat anak sekolah agar lebih berguna bagi dirinya dan banyak orang," kata Sri Rosyati yang akrab disapa Rosyi saat dihubungi berbincang dengan Dream.co.id.
Menggunakan kocek pribadi, mereka mendirikan sekolah darurat untuk anak jalanan. Sekolah yang diberi nama Kartini sejak 1990. Barulah di tahun 2010 atau 2012 Kementerian Sosial mulai melirik mereka untuk memberikan bantuan kepada Sekolah Darurat Kartini itu.
"Semua ajaran agama mengajarkan untuk kita saling berbagi. Untuk kami sendiri kehidupan itu ya untuk saling berbagi. Kalau kita berbagi itu tidak rugi, ini ungkapan rasa syukur atas apa yang Tuhan berikan. Kami biasanya mendirikan sekolah Kartini ya kami lakukan," kata ibu kelahiran Semarang, 4 Febuari 1950 ini.
Di sekolah darurat ini anak-anak didik diberikan seragam, alat tulis seperti sekolah pada umumnya. Tujuan mulia, ingin menyetarakan anak jalanan dengan anak kecil lainnya.
"Agar mereka bersemangat dan terus berusaha mengejar cita-cita dengan serius belajar. Tidak hanya dari Jakarta semua daerah terpencil juga dikirim ke sini untuk belajar," kata Rosyi.
Anak-anak yang belajar di Sekolah Darurat Kartini saat ini mencapai 600 orang yang terdiri Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanan-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
"Sekarang sudah sedikit karena kan banyak yang sudah lulus. Tadinya sampai 2333 orang, di sini mereka tidak hanya belajar pendidikan seperti di sekolah formal tetapi mereka juga diajarkan keterampilan seperti menjahit, memasak dan keterampilan lainnya," kata Rian.
Hal itu dilakukan agar anak-anak yang sudah lulus tidak hanya memilki pendidikan yang cukup tetapi juga punya bakat atau keahlian. Ini yang dianggap bisa membuat anak jalanan semakin berkualitas.
"Nantinya setelah pendidikan selesai itu selalu ada ujian nasional satu orang itu bayar 1 jutaan dan itu kami yang bayarkan agar mereka mendapatkan ijazah dan bekerja untuk menghidupi mereka," kata Rosy.
Menurut Rosy, anak-anak yang ada di Sekolah Darurat dari awal sudah diharuskan memiliki keterampilan dan niat yang kuat. "Kalau tidak niat ya tidak akan bisa, mereka harus punya kemauan untuk berkembang menjadi orang yang berkualitas berguna untuk banyak orang," kata Rian
Menjalankan kegiatan sosial belajar mengajar ini sudah dipupuk mereka sejak usia belia. "Saat kami masih muda kami sering ikut kegiatan sosial yang orangtua kami lakukan. Orangtua disamping bekerja suka mengajar, jiwa sosial mungkin sudah turunan dari orangtua kami," kata Rosy.
Hal itu juga diturunkan kepada anak-anak didik mereka. Bagi mereka, berbagi itu tidak cuma harta, bisa dengan kasih sayang, cinta, tenaga, dan waktu. Berbagi apapun agar hidup menjadi lancar dan diberkahi.
"Hidup itu akan lancar bila hubungan antara Tuhan, keluarga, sesama makhluk hidup dijaga dengan baik dan harus peduli dengan sekitar," kata ibu yang selalu tampil kembar dari ujung kepala hingga kaki.
Ibu kembar ini berharap masyarakat akan lebih banyak lagi berpartisipasi meningkatkan pendidikan anak-anak jalanan atau yang berada di kondisi tidak mampu.
"Jangan sekadar memberikan uang recehan kepada anak jalanan itu juga tidak membantu. Sebaiknya sumbangkan ilmu pengetahuan untuk mereka serap," harap mereka. (Ism)
No comments:
Post a Comment