Rabu (15/1) Lusi tampak berkali-kali melirik jam tangannya. Dia gelisah, kereta listrik Commuter Line dari Stasiun Bojong Gede, Bogor, tak juga berangkat. Sudah 30 menit lebih.
Pukul 07.18 WIB tapi kereta masih tertahan di Stasiun Bojong Gede akibat ada KRL yang mogok di Stasiun Citayam. Lusi sadar dia pasti telat.
Tak cuma telat, gangguan perjalanan juga akan menimbulkan penumpukan penumpang. Benar saja, pagi kemarin di Stasiun Bojong Gede ribuan penumpang berjejal menunggu kereta.
Lusi bekerja di kawasan Casablanca, Jakarta Selatan. Biasanya dia turun di Stasiun Tebet kemudian naik ojek atau sambung naik angkot ke kantornya. Jika KRL lancar, perjalanan dari rumahnya di Bojong Gede cuma makan waktu 1,5 jam.
Namun masalahnya, KRL sering mengalami gangguan. Dia berkali-kali harus telat.
"Sanksinya ditegur. Malu juga kalau sering-sering," kata wanita berusia 26 tahun ini.
Pagi itu Lusi berpenampilan seperti wanita kantoran umumnya. Blazer dan rok abu-abu serta stocking hitam. Dia tampak menarik.
Akhirnya KRL berangkat sekitar pukul 07.30 WIB. Lusi tak ikut naik karena terlalu sesak. Dia berharap kereta selanjutnya kosong.
Namun kereta yang tiba beberapa menit kemudian ternyata sama saja. Lusi pun ikut berjejalan masuk ke dalam kereta yang sudah penuh sesak.
Kereta berjalan lambat. Kadang berhenti di tengah perjalanan. Suasana di dalam kereta panas karena AC kurang dingin untuk menyamankan jejalan penumpang bak ikan pindang.
Baru pukul 08.40 WIB Lusi sampai di Stasiun Tebet. Penampilannya kusut. Rambutnya basah oleh keringat. Berbeda benar dengan saat naik tadi.
"Kalau gini rasanya ingin nangis," kata dia.
Tak cuma Lusi yang bernasib seperti itu. Dewi, sekretaris di sebuah perusahaan multimedia pun memilih pulang ke rumah. Jilbabnya basah dan kusut karena berjejalan dalam kereta.
"Saya sesak nafas. Tadi di dalam KRL mengerikan. Di gerbong khusus wanita sama saja penuhnya," kata Dewi.
Azizah, penumpang KRL yang biasa naik di Stasiun Depok menjelaskan kadang saking penuhnya kereta, dia sampai tak bisa berpegangan. Bergerak pun susah.
"Yang minta ampun itu dorong-dorongannya. Sandal saya sampai lepas dan hilang," curhatnya.
Ketiga wanita ini berharap pelayanan KRL membaik. Semoga tak perlu lagi naik cantik turun lepek.
[ded]