Quote:Seseorang bisa saja mengatakan cinta dengan beragam cara tapi tatapan mata menunjukkan apa yang sebenarnya dia inginkan. Sebuah penelitian menunjukkan tatapan dan pola gerakan mata menunjukkan apakah seseorang melihat orang lain dengan perasaan cinta atau nafsu belaka.
Stephanie Cacioppo, Direktur High-Performance Electrical NeuroImaging Laboratory, Universitas Chicago, mengatakan masih sedikit bukti ilmiah untuk menunjukkan bagaimana seseorang bisa jatuh cinta. "Namun pola respons seperti gerak mata bisa menjadi petunjuk awal dalam membedakan perasaan cinta dan nafsu belaka," kata Cacioppo seperti dikutip situs Universitas Chicago, 17 Juli 2014.
Riset yang dimuat dalam jurnal Psychological Science ini menunjukkan orang yang berfokus menatap wajah lawan jenis menganggap dia berpotensi menjadi pasangannya. Namun orang yang arah tatapannya berganti terus, mulai wajah hingga seluruh tubuh, dinilai punya hasrat seksual semata.
Cacioppo mengerjakan studinya bersama koleganya dari Departemen
Psikiatri dan Psikologi Universitas Chicago dan Universitas Geneva.
Riset Cacioppo sebelumnya menunjukkan ada jaringan berbeda di otak yang
diaktifkan oleh perasaan cinta dan hasrat seksual. Studi tentang arah
tatapan dan pola gerak mata ini dilakukan untuk mengenali status
emosional dan kognitif yang kadang sulit dibedakan.
Sejumlah mahasiswa pria dan wanita dari Universitas Genewa terlibat dalam eksperimen Cacioppo. Mereka diminta melihat serangkaian foto hitam-putih dari orang yang belum pernah mereka temui. Orang dalam foto berupa pasangan yang sedang berinteraksi atau mengobrol dan individu yang dinilai atraktif. Tak ada satu pun dari foto itu yang memuat gambar orang telanjang atau erotis.
Ternyata tak ada perbedaan waktu signifikan yang dibutuhkan partisipan untuk mengidentifikasi keinginan cinta romantis dan hasrat seksual. Hal ini, menurut peneliti, menunjukkan otak bekerja cepat dalam memproses dua emosi itu. Namun analisis pergerakan mata menunjukkan ada pola berbeda bergantung pada perasaan yang dialami partisipan saat melihat foto.
Ketika melihat gambar dan merasakan cinta romantis, partisipan cenderung melihat fokus pada wajah. Namun, ketika melihat gambar yang memancing hasrat seksual, mereka menatap ke seluruh tubuh. Efek ini terjadi baik pada partisipan pria maupun wanita.
"Dengan mengidentifikasi pola gerak mata yang terhubung dengan stimulus cinta, studi ini menjadi kontribusi pada pengembangan penanda biologis yang membedakan perasaan cinta dan hasrat seksual," kata John Cacioppo, Direktur Center for Cognitive and Social Neuroscience.
sumber: TEMPO
nah ini buat para wanita, hati2 ya terhadap orang2 yang seperti ini, bijaklah dalam memilih pasangan
Sejumlah mahasiswa pria dan wanita dari Universitas Genewa terlibat dalam eksperimen Cacioppo. Mereka diminta melihat serangkaian foto hitam-putih dari orang yang belum pernah mereka temui. Orang dalam foto berupa pasangan yang sedang berinteraksi atau mengobrol dan individu yang dinilai atraktif. Tak ada satu pun dari foto itu yang memuat gambar orang telanjang atau erotis.
Ternyata tak ada perbedaan waktu signifikan yang dibutuhkan partisipan untuk mengidentifikasi keinginan cinta romantis dan hasrat seksual. Hal ini, menurut peneliti, menunjukkan otak bekerja cepat dalam memproses dua emosi itu. Namun analisis pergerakan mata menunjukkan ada pola berbeda bergantung pada perasaan yang dialami partisipan saat melihat foto.
Ketika melihat gambar dan merasakan cinta romantis, partisipan cenderung melihat fokus pada wajah. Namun, ketika melihat gambar yang memancing hasrat seksual, mereka menatap ke seluruh tubuh. Efek ini terjadi baik pada partisipan pria maupun wanita.
"Dengan mengidentifikasi pola gerak mata yang terhubung dengan stimulus cinta, studi ini menjadi kontribusi pada pengembangan penanda biologis yang membedakan perasaan cinta dan hasrat seksual," kata John Cacioppo, Direktur Center for Cognitive and Social Neuroscience.
sumber: TEMPO
nah ini buat para wanita, hati2 ya terhadap orang2 yang seperti ini, bijaklah dalam memilih pasangan
No comments:
Post a Comment