Disebut dengan Pampshades, kependekan dari "Pan (bahasa Jepang roti)+lamp shade (tutup lampu), roti dapat memancarkan cahaya lampu yang temaram. Ide penggunaan roti ini dicetuskan Yukiko saat jadi mahasiswa seni bermain-main dengan roti Perancis. Saat itu ia makan bagian dalam roti yang lunak sehingga meninggalkan bentuk rongga dengan lapisan keras.
"Kurasa roti sangat menarik. Aku menyukai bentuknya yang bulat," ucap Yukiko. "Aku ingin memajang roti di kamarku sehingga bisa mengaguminya sepanjang waktu. Dari situlah ideku ini muncul."
Yukiko kemudian bereksperimen dan sempat membuat 300 prototipe sebelum
mendapatkan hasil yang sempurna. Untunglah dia bekerja di toko roti
sehingga bisa menggunakan roti sisa sebagai bahan eksperimen.
Perempuan berusia 27 tahun ini membuat roti dengan mengosongkan bagian dalamnya yang terbuat dari tepung, air dan garam. Kemudian, bagian luar dikeringkan secara menyeluruh dan dilapisin resin untuk mencegah jamur. Terakhir lampu LED ditempatkan di rongga dalam yang kosong untuk mencegah rotinya hangus.
Bermula dari hobi, keunikan kap lampu roti ini sekarang jadi bisnis utama Yukiko. Beberapa toko di Kyoto sudah mau memasarkannya dengan harga USD 35-50 (Rp 300-500 ribu). Keuntungan lebih juga didapat Yukiko karena dia memakan bagian dalam roti yang tak terpakai tersebut.
sumber | digali.blogspot.com
Perempuan berusia 27 tahun ini membuat roti dengan mengosongkan bagian dalamnya yang terbuat dari tepung, air dan garam. Kemudian, bagian luar dikeringkan secara menyeluruh dan dilapisin resin untuk mencegah jamur. Terakhir lampu LED ditempatkan di rongga dalam yang kosong untuk mencegah rotinya hangus.
Bermula dari hobi, keunikan kap lampu roti ini sekarang jadi bisnis utama Yukiko. Beberapa toko di Kyoto sudah mau memasarkannya dengan harga USD 35-50 (Rp 300-500 ribu). Keuntungan lebih juga didapat Yukiko karena dia memakan bagian dalam roti yang tak terpakai tersebut.
sumber | digali.blogspot.com