Sanitasi yang
tidak layak serta higenitas yang buruk dapat berakibat fatal bagi
kesehatan anak. Hal ini membuat mereka rentan terhadap beragam penyakit
seperti diare, polio, pneumonia, penyakit kulit serta gangguan kesehatan lainnya.
Demikian disampaikan Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi saat membuka acara East Asia Ministerial Conference on Sanitation and Hygiene (EASAN) III yang berlangsung di Nusa Dua,
Bali. "Anak sangat rentan terhadap air yang tidak
bersih. Buang air besar sembarangan akan menyebabkan penyakit dan
membuat anak-anak menderita," ujarnya.
Data Badan PBB untuk
anak-anak (UNICEF) menyebutkan, angka kematian anak di bawah usia lima
tahun di Asia Pasifik dan Timur sangat tinggi. Sekitar 20 tahun lalu,
angka kematian anak mencapai 2,2 juta. Jumlah tersebut berhasil diturunkan lebih
dari 1 juta, tepatnya 694.000 kematian atau secara signifikan turun 68
persen selama 20 tahun.
Perwakilan UNICEF untuk Indonesia, Angela Kearney,
pada kesempatan tersebut menyatakan, ada dua hal yang sangat
berpengaruh terhadap kesehatan anak-anak. Pertama, layanan kesehatan
umum bagi anak-anak seperti imunisasi, dan kedua adalah akses terhadap
air bersih.
Air bersih, sarana
sanitasi dan higenitas merupakan hal penting yang tidak hanya berkaitan
dengan masalah kesehatan semata. Menurut Angela, banyak negara
kehilangan waktu kerja produktif serta hari sekolah karena masyarakatnya
sakit yang berkaitan dengan ketersediaan air bersih, sanitasi tidak
memadai, serta tidak berperilaku hidup sehat.
"Anak yang sakit atau
lemah akan terganggu belajarnya kala di sekolah. Mereka juga kesulitan
mengembangkan potensinya ketika dewasa bahkan saat memasuki dunia
kerja," ujarnya.
Jika warganya kerap sakit, potensi ekonomi sebuah negara ikut terancam. Penelitian dari Bank
Dunia dan WHO mengungkapkan, dampak sanitasi buruk terhadap ekonomi di
Asia Tenggara menyebabkan kerugian ekonomi minimal Rp 9 miliar dolar AS
per tahun. Kamboja dan Laos, misalnya, diperkirakan kehilangan sekitar 5
persen dari produk domestik bruto (GDP) karena masalah sanitasi tidak
layak dan air bersih.
Sedangkan Indonesia,
masih harus mengejar ketinggalan untuk mencapai target MDGs tahun 2015.
Data Kementerian Kesehatan menyebutkan, untuk target MSGs masalah
sanitasi, Indonesia berada pada posisi pencapaian 55,6 persen dari
target 62,41 persen. Sedangkan untuk target MDGs masalah air minum,
Indonesia baru mencapai 42,76 persen dari target MDGs 68,8 persen
sumber | digali.blogspot.com