Mengenal RICE, Teknik Penanganan Pertama Jika Cedera

icon18_edit_allbkg


.com/blogger_img_proxy/
 

Cedera yang dialami oleh Lukas Podolski dan Sergio Aguero membuat mereka tidak bisa membela negara masing-masing di Piala Dunia 2014. Cedera yang dialami oleh kedua pemain tersebut pun hampir sama, yakni cedera pada paha bagian belakang.

Meski bukan cedera berat dan diperkirakan akan sembuh dalam 2-3 hari ke depan, dokter mengatakan bahwa cedera tersebut bisa saja menjadi cedera berat jika tak diberi penanganan pertama yang baik. Lalu seperti apa seharusnya teknik penanganan cedera yang baik menurut dokter?

"Yang harus diingat itu rumus RICE saja. Rest, Ice, Compression dan Elevation," ungkap dr Michael Triangto, SpKO, dari RS Mitra Kemayoran kepada detikHealth dan ditulis Senin (30/6/2014).
Dilanjutkan dr Michael, Rest berarti pemain yang cedera harus istirahat, dalam artian tidak boleh bermain hingga cederanya sembuh dengan sempurna. Ice adalah melakukan pengompresan di daerah yang cedera dengan es, yang bertujuan untuk meringankan rasa sakit sekaligus menghambat memar atau bengkak.

Compression berarti membebat atau mengikat daerah yang sakit sehingga tidak melakukan gerakan yang dapat memperparah cederanya. Sedangkan Elevation adalah meninggikan atau mengangkat bagian yang sakit sehingga menurunkan risiko cedera lanjutan sekaligus menghindari bengkak yang lebih besar.

"Jangan salah ya, Compression bukan dikompres artinya. Kalau dikompres itu sudah termasuk dalam Ice yang tadi," lanjutnya lagi.

Dikatakan dr Michael, banyak sekali persepsi yang salah di Indonesia tentang bagaimana menangani cedera. Padahal ditegaskannya lagi jika cedera ringan tak diberi penanganan dengan baik, bisa saja cedera tersebut berkembang menjadi cedera berat.

"Salah satunya kan kalau cedera itu harusnya istirahat, jangan digerakkan. Eh ini malah diurut. Harusnya dikompres air dingin, malah dikasihnya air hangat. Hal-hal itu yang sebenarnya harus diperhatikan," pungkas dokter tim di Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia tersebut.


sumber | digali.blogspot.com




backtotop