Kipas Angin sudah hampir dua abad konsep mengenai kipas angin konvensional belum pernah berubah, kipas angin pertama kali dibuat di timur tengah pada awal abad 19. Kipas angin pertama kali berbentuk kipas angin atap yang mulai dikenal masyarakat pada tahun 1860-an. Cara kerjanya digerakkan oleh putaran air yang menggerakkan semacam sabuk yang dihubungkan secara manual dan memiliki kemampuan untuk menggerakkan beberapa kipas angin sekaligus. Kemudian masuklah kipas angin elektrik ke pasar tahun 1880-an.
Tapi kini desain kipas angin tradisional telah di klaim kurang sempurna dalam menghasilkan angin. Udara yang ditangkap dan dihembuskan kurang dapat mengasilkan angin yang maksimal. Jauh dibandingkan teknologi kipas angin tanpa kipas hasil temuannya, kata james dyson.
Foto di atas adalah james dyson dengan teknologi kipas angin multiplier udara temuannya, dimana menggunakan besi pipih melingkar yang ia sebut “blade”, dengan konsep tekanan udara yang melingkar disisi besi pipih tersebut digabungkan dengan konsep teknologi sudut lekukan sayap pesawat terbang untuk membuat aliran udara yang cepat tapi lembut. Temuan ini adalah temuan terbaik kipas angin paling sederhana sepanjang tahun ini.
Meskipun kipas angin telah mengalami transformasi menjadi bentuk beberapa alat pendingin lain yang lebih di sukai orang seperti AC, james dyson, penemu dari inggris ini tetap bersikukuh dengan teknologi hasil temuannya yang luar biasa simpel yaitu dengan menggunakan teknologi "air multiplier" untuk menekan 119 galon udara yang lembut keluar tiap detiknya.

Sumber :http://www.thecrowdvoice.com/post/sejarah-awal-kipas-angin%C2%A0-163357007.html
sumber | digali.blogspot.com
Meskipun kipas angin telah mengalami transformasi menjadi bentuk beberapa alat pendingin lain yang lebih di sukai orang seperti AC, james dyson, penemu dari inggris ini tetap bersikukuh dengan teknologi hasil temuannya yang luar biasa simpel yaitu dengan menggunakan teknologi "air multiplier" untuk menekan 119 galon udara yang lembut keluar tiap detiknya.

sumber | digali.blogspot.com
No comments:
Post a Comment