Namun tak ayal pesan berantai tersebut membuat warga di Pondok Gede, Kranggan, Kecapi dan sekitarnya resah. Bahkan sebagian warga, benar-benar takut keluar rumah pada malam hari. Suasana di sudut-sudut gang seolah siaga satu.
Menanggapi pesan berantai tersebut sejumlah pemuda sepakat berkumpul, mereka menunggu kedatangan 'geng motor' yang dikabarkan akan menyisir daerah Pondok Gede sampai Jatiasih dan sekitarnya.
“Kami tunggui di sini, pemuda-pemuda pada kumpul, kalau mereka (genk motor) datang menyerang, kami lawan,” kata Syaiful (28 tahun), salah seorang pemuda Pondok Gede yang ditemui detikcom Jumat malam (21/2) pekan lalu.
Syaiful dan sejumlah pemuda Pondok Gede bertekad melawan aksi geng motor, yang belakangan dikenal dengan nama 'Tengki Boys', dan ada pula yang menyebut 'Geng Amerika' itu. Perlawanan ini menurut dia bukan untuk melanggengkan aksi kekerasan.
Namun ingin membuktikan bahwa ancaman dari geng motor tersebut tidak ada, sehingga warga tidak larut dalam bayang-bayang ketakutan dan keresahan. Sayang setelah ditunggu hingga dini hari nyatanya 'tamu' yang dikabarkan akan datang tak juga muncul.
Keresahan akibat pesan berantai juga dirasakan Kiki, 27 tahun, warga Jatiasih, Bekasi, Jawa Barat. Apalagi sejumlah berita yang tersiar menyebut bahwa dalam aksinya geng motor tersebut sangat brutal dan beringas.
Bahkan menurut Kiki selama hampir dua pekan warga takut keluar malam. “Warga resah, Gue juga gara–gara ini mau pasang pager rumah. Untuk jaga-jaga dan waspada saja,” kata Kiki kepada detikcom.
Andi, warga Jatisari, Bekasi, Jawa Barat lainnya yang sehari-hari berdagang warung kecil di pinggir jalan mengaku juga mengalami perasaan yang sama. Namun, tidak ada pilihan lain baginya untuk tetap berjualan pada malam hari. Sebab warung itu adalah satu-satunya sumber penghidupan dia.
“Kalau tidak dagang, ya gak nutup kebutuhannya untuk makan dan bayar sewa rumah,” kata Andi kepada detikcom Sabtu (22/2) dinihari.
Menurut pria asal Tegal Jawa Tengah ini, memilih tetap buka di malam hari. Meskipun ada rekan satu daerah dia yang memilih menutup warungnya saat matahari tenggelam. “Teman saya sampai nutup warung. Karena di tempat dia itu lebih sepi dari sini, jalan alternatif gitu,” ujarnya sambil menunjuk sebuah arah.
Lainnya halnya dengan Ujang, -seorang pedagang bubur kacang Ijo-, yang sempat memilih menutup warungnya di daerah Kampung Sawah, Bekasi Jawa Barat. Itu dia lakukan setelah melihat dari kejauhan ada rombongan geng motor yang akan melintas di depan warungnya.
“Mereka (geng motor) datang dari Kecapi. Rame banget. Saya langsung buru-buru tutup,” kata Ujang.
Efek pesan berantai sempat membuat resah warga. Namun pengirim pertama pesan tersebut, dan motif di balik penyebarannya hingga kini masih menjadi misteri.
sumber | digali.blogspot.com
No comments:
Post a Comment