gara-gara Obat Jerawat dari Dokter, CEWE ini Jadi Setengah Buta

icon18_edit_allbkg

Maksud hati ingin sembuh dari jerawat parah, wanita ini malah terkena efek samping langka hanya karena mengonsumsi antibiotik biasa. Setelah meminum obat yang diresepkan dokternya tersebut, wanita ini mendadak kehilangan sebagian penglihatannya.

Awalnya Rachel Yeo mendatangi dokter pribadinya di bulan Desember 2011 untuk mengobati jerawat yang menahun akibat polycystic ovary syndrome yang diidapnya.

"Jerawat-jerawat ini mempengaruhi kepercayaan diri saya. Orang-orang memandangi saya seolah-olah saya masih remaja. Bahkan saya harus membuktikan bahwa usia saya sudah cukup ketika membeli alkohol, apalagi saat mengikuti wawancara kerja. Saya mencoba banyak krim tapi tak ada yang berhasil," tuturnya seperti dikutip dari Daily Mail, Kamis (16/1/2014).

Kemudian si dokter meresepkan tablet Minocycline, salah satu jenis antibiotik tetrasilin, selama tiga bulan. Sebulan mencoba, jerawat Rachel tak kunjung sembuh. Ia malah mulai mengalami serangkaian gejala aneh, termasuk migrain parah, sensitif terhadap cahaya dan pandangannya terlihat seperti berbintik-bintik.

Gejala itu makin lama makin mengganggu hingga Rachel harus memaksa ibunya, Lynette untuk mengurus putri satu-satunya, Isabelle (3). "Saya kira gejala itu karena stres. Cukup mengerikan karena saya tak pernah mengalaminya sebelumnya. Satu-satunya tempat yang nyaman bagi saya adalah ruangan yang gelap. Beruntung ada ibu saya yang membantu (mengurus Isabelle)," keluhnya.

Ketika pandangannya mulai kabur di bulan Oktober 2012, Rachel pun memutuskan untuk menemui seorang dokter mata. Ketika si dokter mata mengecek keadaannya, ternyata ia menemukan pendarahan di belakang kedua matanya akibat tekanan otak.

Wanita berusia 26 tahun itu langsung dilarikan ke University of Wales, Cardiff di mana tim dokter melakukan prosedur lumbar puncture untuk mengeluarkan cairan di belakang matanya, yang ternyata berasal dari tulang belakangnya.

Lumbar puncture sendiri merupakan sebuah prosedur untuk mengeluarkan cairan serebrospinal dengan cara menusukkan jarum ke dalam cairan yang ada di kanal tulang belakang (spinal canal).
"Anehnya dokter-dokter itu berkerumun untuk melihat dampak tekanan otak terhadap bagian belakang mata saya. Mereka bilang belum pernah melihat yang seperti itu sebelumnya dan mengatakan itu sangat jarang terjadi," tandas Rachel.

Akhirnya Specialist Registrar in Neurology, Dr Joe Anderson mendiagnosis Rachel mengidap 'idiopathic intracranial hypertension' yang dipicu oleh konsumsi Minocycline. Ini adalah kondisi di mana tekanan tinggi di dalam tengkorak yang terjadi secara mendadak atau menumpuk dari waktu ke waktu.

Penyebabnya beragam, mulai dari tumor otak, infeksi hingga penggumpalan darah. Paling sering terjadi pada wanita yang kelebihan berat badan berusia 20-an dan menimbulkan gejala seperti sakit kepala parah dan perubahan penglihatan.

Dr Channarayapatna Krishna, pakar farmakologi dan toksikologi klinis dari University of Wales Hospital menerangkan bahwa Minocycline adalah antibiotik yang sering dipakai untuk mengobati jerawat. Namun reaksi terhadap Minocycline berupa intracranial hypertension itu sangat jarang terjadi, mungkin hanya ditemukan pada satu dari 1.000 atau 10.000 pasien.

"Kini saya tengah menunggu scan untuk mengetahui apakah masalah penglihatan saya bisa diperbaiki atau tidak, tapi konsultan saya malah tak optimis. Tentu saja saya patah hati," tutur wanita yang pernah bekerja di kemiliteran tersebut.

Meski tak menuntut dokternya, wanita asal Penarth, Wales UK ini mengaku ia berjuang untuk menerima kondisinya sekarang. Apalagi setelah diberitahu dokter bahwa tak ada obat untuk penyakitnya itu, kendati tekanan otaknya dapat dikurangi dengan lumbar puncture. 

"Setidaknya saya masih bisa menjadi ibu bagi Isabelle, walaupun harus berjuang keras untuk itu. Saya merasa beruntung reaksinya tak lebih serius dari ini," tutupnya.


.com/blogger_img_proxy/





backtotop