Ini dia Gan Asal Muasal yang Namanya Prangko

icon18_edit_allbkg


Sebelumnya manusia berkirim pesan/surat tanpa amplop maupun prangko. Bila seseorang ingin mengirim surat, Ia melipat surat itu dan menyegelnya. Orang yang menerima surat itu harus membayar biaya pengiriman. 




Karena tarif saat itu sangat tinggi, banyak orang yang enggan menerima surat. Tak sedikit pula orang yang mengembangkan kode rahasia agar mereka bisa menipu jasa pos.

Kasus inilah yang ditemukan oleh Sir Rowland Hill 
Suatu ketika Sir Rowland melihat seorang pengantar surat menyerahkan sepucuk surat kepada seorang gadis. Sejenak setelah mengamati surat itu dengan teliti, gadis itu pun segera mengembalikan surat itu kepada pengantar pos dan menolak melunasi biaya pengiriman surat dengan alasan bahwa ia tidak punya uang.

Sir Rowland Hill mendekati gadis lalu bertanya mengapa ia menolak menerima surat tersebut. Jawaban gadis tersebut ternyata mengejutkan. Surat dari kekasihnya itu memuat beberapa tanda/kode yang hanya diketahui oleh mereka berdua. Tanpa harus membuka surat itu pun, gadis tersebut telah tahu apa sebenarnya maksud/isi surat. Jadi, buat apa ia harus susah-susah membayar ongkos kirim surat. Hal ini membuat Sir Rowland gusar, karena bila hal tersebut sering terjadi, alangkah ruginya dinas pos dan juga bagaimana nasib karyawan yang bekerja didalamnya
Sir Rowland yang juga merupakan seorang pengamat perkembangan ekonomi di Inggris, memikirkan bagaimana mendapatkan pemasukan uang untuk kas kerajaan dari pajak pengiriman surat-surat. Rowland Hill juga terganggu dengan pemberian hak bagi anggota Majelis Rendah dan Majelis Tinggi dalam parlemen untuk dapat mengirim surat secara cuma-cuma tanpa batas selain itu sistem pembayaran biaya pengiriman surat oleh penerima juga banyak merugikan dinas pos. Hal tersebut dilihat oleh Rowland Hill sebagai suatu pemborosan dan sangat merugikan kas kerajaan.

Oleh karena itu, pada tahun 1837 Rowland Hill mengajukan usul kepada parlemen antara lain sebagai berikut :
  • Ongkos pengiriman surat harus diturunkan, dengan turunnya ongkos pengiriman surat, diharapkan terjadi peningkatan jumlah surat yang dikirim.

  • Untuk lebih merangsang masyarakat agar saling berkirim surat, perlu ditetapkan tarif pos yang seragam (saat itu satu penny) dengan tidak memandang jarak tempuh surat tersebut.

  • Untuk menghindari penyalahgunaan biaya pengiriman surat, biayanya harus dibayar di awal dengan menempelkan secarik kertas tanda pelunasan yang saat ini kita kenal sebagai prangko.

Pemikiran ini awalnya mendapat tentangan dari Parlemen. Namun beberapa tahun kemudian tepatnya pada tahun 1840 usul Rowland Hill diterima Parlemen. Dari sinilah kemudian lahir prangko, carik kertas kecil yang dipakai sebagai tanda pelunasan pengiriman surat. Peristiwa ini disebut “Post Office Reforms”

Penggunaan Prangko semakin lama semakin meluas hingga ke Indonesia. Saat itu Indonesia masih dijajah Belanda. Mengingat banyaknya lalu lintas surat antara Belanda dengan negara jajahannya yang utama, yaitu Ned Indie (sekarang Indonesia), akhirnya diterbitkan prangko pertama Ned Indie pada tahun 1864 bergambar Raja Belanda waktu itu Willem III nilai 10 cent.




Prangko inilah yang menjadi prangko pertama di bumi Indonesia. Saat ini prangko Ned Indie cukup langka dan dicari oleh kolektor prangko (filatelis) untuk melengkapi koleksinya. Nilainya semakin hari semakin tinggi dan umum disebut dengan kode nama N-1 di kalangan Filatelis. Apalagi yang kondisinya masih mint-unused, yang di katalog harganya berlipat kali dari yang sudah dipakai (ada cap/ cancelation-nya), harganya bisa mencapai Rp.2 miliar.


sumber | wowunic.blogspot.com | http://www.kaskus.co.id/thread/522d39821bcb17406d000018/asal-mula-prangko/




backtotop