Investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) FX Nurcahyo Utomo mengatakan, bentuk kotak hitam milik pesawat AirAsia QZ 8501 jenis Airbus A320-200 yang jatuh di Selat Karimata sama dengan milik pesawat Sukhoi Superjet 100 yang menghantam Gunung Salak beberapa waktu lalu.
"Bentuk dan ukurannya kebetulan yang ini sama dengan Sukhoi. Pabriknya sama buatan Amerika," kata Nurcahyo di Lanud Iskandar, Kamis (8/1/2015).
Dijelaskannya, bagian terpenting di black box yang tahan banting dan antibakar adalah memory module, yakni tempat menyimpan seluruh data yang terjadi di dalam pesawat.
"Semacam memory card. Casing-nya bisa berantakan, tapi isinya harus tetap utuh. Bentuknya bulat, diameter kurang dari 10 sentimeter (cm) tebal 3 cm. Pelindungnya, lebih besar dari memory modul, kayak mangkok di balik," terangnya.
Black box, sambungnya, ada dua bagian yakni flight data recorder (FDR) yang isinya merekam seluruh data penerbangan, kecepatan arah, tombol apa saya yang dioperasikan pilot, dan data mesin.
"Semua terekam. Sebanyak 400 hal terekam, bahkan lebih dari itu mungkin sekarang. Satu lagi cockpit voice recorder (CVR), itu merekam suara, apa saja yang di kokpit, suara pilot, kopilot dan pramugari, itu semua akan terekam. Ada empat mikrofon. Letaknya di kapten pilot, kopilot, pramugari, sama di kokpit," terangnya.
Kedua alat yang berada di bagian ekor pesawat sebelah kanan itu, kata Nurcahyo, masing-masing memiliki kapasitas merekam yang berbeda.
"Kalau FDR bisa 25 sampai 40 jam merekam. Kalau CVR itu 30 menit merekamnya. Kalau enggak ada apa-apa, data lama itu otomatis terhapus. Yang lama akan hilang," jelasnya.
No comments:
Post a Comment