Pesona Pondok ini Bikin Heboh Dunia...Asli Indonesia Loh..!!

icon18_edit_allbkg

Wae Rebo adalah nama sebuah desa yang berada di Desa Satar Lenda, Kecamatan Satarmese Barat, Kabupaten Manggarai, Flores. Desa adat yang terpencil ini sempat menjadi perhatian dunia pada pertengahan tahun 2000-an. Walaupun begitu kampung ini baru menjadi bahan pemberitaan di tanah air sekitar tahun 2008 hingga 2010.

20150105114009-2-wae-rebo-ntt-002-tantri-setyorini


Pendiri desa adat Wae Rebo adalah Empu Maro. Sejak seabad lalu, anak cucunya telah mendiami desa ini dan menjaga keaslian tradisi Manggarai mereka. Saat ini, warga yang menghuni Wae Rebo adalah generasi ke-18 dari silsilah keluarga Empu Naro.

Keunikan desa ini adalah ciri tradisional Manggarai yang masih kental. Terlihat dari mbaru niang, rumah-rumah kerucut yang mereka buat dari daun lontar, bambu, dan rerumputan kering.

Meskipun terlihat sederhana, mbaru niang terdiri dari lima tingkat. Menurut situs Wonderful Indonesia, masing-masing tingkat memiliki fungsi yang berbeda. Lantai pertama disebut lutur dan befungsi sebagai tempat tinggal utama keluarga. Lantai kedua yang disebut lobo digunakan untuk menyimpan persediaan bahan makanan. Lantai selanjutnya, lentar digunakan untuk menyimpan benih yang akan ditanam pada musim tanam selanjutnya. Lempa rae yang berada di tingkat keempat menyimpan persediaan makanan khusus untuk musim paceklik. Sementara lantai teratas, hekang kode difungsikan sebagai altar persembahan bagi para leluhur.

Dulunya hanya ada tujuh buah mbaru niang di Wae Rebo. Kondisinya pun sudah memprihatikan. Warga tak punya sumber daya yang cukup untuk memperbaiki rumah-rumah kerucut tersebut. Berkat uluran tangan pemerintah setempat dan organisasi nirlaba, akhirnya pondok-pondok kerucut mbaru niang berhasil direnovasi. Sebagai tambahan didirikan pula dua pondok baru atas nama para penyandang dana.

Sekarang Wae Rebo kedatangan wisatawan domestik dan mancanegara setiap tahunnya. Kedatangan mereka sekaligus menjadi sumber penghasilan tambahan bagi penduduk Wae Rebo yang sehari-hari menyambung hidup dengan bercocok tanam.

Anda juga bisa menyaksikan sendiri keaslian desa adat yang meraih penghargaan Top Award of Excellence dari UNESCO Asia Pacific Heritage Awards pada tahun 2012 ini. Menurut situs Travelfish, Wae Rebo berjarak sekitar 108 kilometer dari Labuan Bajo. Walaupun begitu, letaknya yang terpencil di atas bukit menyebabkan akses menuju kampung tradisional ini sulit dijangkau. Anda harus siap mendaki bukit untuk mencapai Wae Rebo.

Untuk akomodasi, biasanya warga menyediakan rumah mereka sebagai tempat menginap. Mereka selalu antusias menyambut wisatawan yang datang. Tetapi Anda harus mematuhi sejumlah peraturan yang ditetapkan warga sebelum memasuki Wae Rebo. Salah satunya menjalani ritual selamat datang untuk memohon izin dari roh para leluhur.
Selain tradisi warga Wae Rebo yang unik, Anda juga bisa menikmati keindahan alam sekitar yang akan ditunjukkan dengan senang hati oleh warga. Di sekeliling desa terhampar ladang, pegunungan, dan hutan Todo yang lebat, menjadikan Desa Wae Rebo senantiasa tertutup kabut tipis. Hutan di sekitar Desa Wae Rebo diperkaya beraneka ragam vegetasi yang menakjubkan. Antara lain anggrek dan pakis. Ratusan spesies burung pun menjadikan hutan ini sebagai tempat tinggal.


20150105114006-1-wae-rebo-ntt-002-tantri-setyorini

20150105114009-2-wae-rebo-ntt-002-tantri-setyorini

20150105114012-3-wae-rebo-ntt-003-tantri-setyorini

20150105114015-4-wae-rebo-ntt-004-tantri-setyorini

pesona-pondok-pondok-kerucut-wae-rebo-yang-jadi-perhatian-dunia




Sumber : Owunik . blogspot . com - yang unik, emang asyik :)


No comments:

Post a Comment



backtotop