Dari Mencukur Bulu Ketiak Hingga Kampanye Kembali Natural

icon18_edit_allbkg

.com/blogger_img_proxy/Telah menjadi hal lumrah perempuan lebih suka tidak memiliki bulu di beberapa bagian tubuhnya. Terutama di bagian ketiak dan kaki. Bahkan untuk kepentingan rias wajah, perempuan kini mencukur bulu alisnya sehingga dapat membentuk alis sesuka hati agar terlihat lebih cantik atau secara subyektif menurutnya lebih cantik.
Tapi tahukah Anda bahwa aktivitas ini ternyata telah dilakukan sejak ratusan bahkan ribuan tahun sebelum masehi. Manusia melakukannya dengan berbagai cara. Menarik, mencabut, hingga membakarnya adalah beberapa upaya. Tidak hanya itu, tujuannya pun ada beberapa, selain yang utama karena kecenderungan pilihan penampilan seseorang, mencukur bulu ternyata juga dilakukan sebagai strategi perang.
Sedangkan keharusan mencukur bulu ketiak bagi perempuan adalah hal datang kemudian. Hingga pada masa yang sangat dekat, baru-baru ini, beberapa pihak telah mengupayakan sebuah kampanye agar perempuan kembali natural, yaitu membiarkan bulu ketiaknya tumbuh apa adanya.
Sejarah
Upaya mencukur bulu atau rambut ini telah tercatat dalam sejarah dilakukan oleh manusia dengan beberapa cara dan tujuan.
.com/blogger_img_proxy/
Alat cukur mesir kuno
Beberapa orang meyakini pada masa 4.000 sebelum masehi, wanita menggunakan zat berbahaya seperti arsenik dan kapur untuk melakukan upaya yang sama. Sementara, orang-orang Mesir tidak melakukannya setengah-setengah. Semua rambut di tubuh mereka, dari kepala hingga kaki, dari kaki hingga kepala, dihapus. Semua habis tak tersisa. Gila. Ya, untuk mencapai tujuan memang dibutuhkan kegilaan. Menurut Encyclopedia Britannica, emas padat berbentuk bundar atau pisau cukur tembaga ditemukan telah ditemukan pada milenium 4 sebelum masehi di beberapa makam di Mesir.
Aktivitas mencukur bulu atau rambut ini tetap berlangsung berabad-abad kemudian. Ada yang menyebut, pada masa 500 sebelum masehi wanita Romawi telah belajar bagaimana menggunakan batu apung untuk tujuan itu, dan bahkan telah berhasil menggunakan pisau cukur dalam versi paling primitif.
Artikel di CNN.com yang ditulis oleh Ethan Trex pada 2009 menyebutkan seorang seorang raja Romawi, Lucius Tarquinius Priscus turut memperkenalkan aktivitas mencukur ini. Sang raja mengenalkan pisau cukur kepada rakyatnya pada abad keenam sebelum masehi.
Berbagai cara telah dilakukan. Demikian pula berbagai tujuan mendasari aktivitas mencukur bulu itu. Salah satu tujuan yang pernah dikenalkan oleh seorang pemimpin kepada rakyatnya agar mencukur bulu yaitu sebagai strategi perang. Pada abad keempat sebelum masehi, Alexander Agung mendorong semua anak buahnya untuk mencukur jenggot. Tujuannya, agar musuh tidak bisa menarik jenggot mereka selama kontak fisik berlangsung dalam peperangan.
Alexander mencukur jenggotnya menggunakan novacila, yaitu sebuah blok besi yang salah satu ujungnya diruncingkan. Alat yang yang terdengar seperti cara yang tepat untuk merusak wajah ini tampak sesuai dengan tujuannya.
Kesadaran yang Dipaksakan?
Kita melaju cepat ke masa yang lebih baru. Kapan obsesi bahwa ketiak harus terlihat mulus bebas bulu bermula?
Sebuah artikel yang dipublikasikan pada 1982 di Journal of Culture America oleh Christine Hope berjudul “Caucasian Female Body Hair and American Culture” berusaha mengungkapkan bahwa perempuan AS terintimidasi untuk mencukur rambut ketiaknya setelah terjadinya serangan pemasaran secara berkelanjutan yang dimulai sejak 1915.
.com/blogger_img_proxy/
Iklan Pertama Mengimbau Perempuan untuk Mencukur Bulu Ketiak
Tujuan dari Great Underarm Campaign itu, sebagaimana istilah yang diungkapkan oleh Hope, adalah untuk menginformasikan kepada kaum hawa di Amerika tentang masalah yang hingga saat itu tidak disadari keberadaannya, yaitu yang bernama “bulu ketiak yang tidak sedap dipandang”. Ini terjadi seiring kecenderungan yang terjadi pada tahun yang sama, bahwa gaun tanpa lengan menjadi sangat populer.
Menurut Hope, kampanye ketiak itu dimulai pada bulan Mei, 1915, di Harper Bazaar, sebuah majalah kalangan atas. Iklan pertama tentang ketiak halus itu menampilkan foto pinggang ke atas seorang wanita muda yang mengenakan gaun musim panas yang dideskripsikan sebagai seorang pedansa modern dan memperlihatkan ketiaknya dengan sangat jelas. Iklan itu pun berbunyi “Summer Dress and Modern Dancing combine to make necessary the removal of objectionable hair.”
Ya, iklan di majalah itu mencoba menyuguhkan sebuah wacana bahwa gaun musim panas dan dansa modern adalah kombinasi yang mengharuskan penghapusan bulu atau rambut yang tidak pantas atau tidak sedap dipandang. Tentu saja, ini adalah iklan sebuah perusahaan pisau cukur yang kemudian hari menjadi perusahaan pisau cukur raksasa di Amerika, hingga saat ini.
Apakah kesadaran ketiak bersih dari bulu ini dipaksakan? Mungkin saja. Tapi toh perempuan tidak menolaknya. Gaya hidup dan fesyen yang merupakan bagian dari kehidupan perempuan secara otomatis telah mendorong mereka untuk mengikuti apa saja yang sedang tren di masyarakat. Awalnya hanya coba-coba, hingga akhirnya muncul pemikiran bahwa ketinggalan tren akan membuat wanita tampak aneh dan tidak menarik lagi bagi pasangan lawan jenisnya.
Kini tren yang sedang berusaha muncul ke permukaan adalah “perempuan tidak lagi mencukur bulu ketiaknya.” Ya, sebuah ajang selfie bagi perempuan dengan memamerkan bulu ketiaknya yang lebat sedang  berlangsung di dunia maya. Tepatnya sedang ramai dilakukan di sebuah media sosial Weibo, yaitu twitter versi Tiongkok.
Tren baru ini ternyata muncul berkaitan dengan kampanye yang mengimbau perempuan tiongkok agar percaya diri dan mencintai penampilan natural mereka. Ini adalah kampanye yang didasari kekhawatiran atas dampak buruk gaya hidup awam perempuan Tiongkok dan Korea Selatan yang sebagian besar telah maklum melakukan perawatan kecantikan dengan jalan bedah plastik. Akankah tren ini menyebar dan menjadi kebiasaan baru kaum hawa di seluruh dunia? Kita tunggu saja.



sumber | digali.blogspot.com


No comments:

Post a Comment



backtotop