Gilles de Rais (1404-26 Oktober 1440) dapat dikatakan sebagai seorang
pelaku pembunuh berantai yang terjadi pada abad pertengahan, dilahirkan
dari keluarga bangsawan Prancis, seorang tentara sekaligus teman
seperjuangan dari Joan of Arc.
Ia dituduh telah melakukan serangkaian penyiksaan dan pembunuhan
terhadap para bocah, serta pembunuhan
terhadap puluhan hingga ratusan anak-anak kecil.
Bersama dengan Erszabet Barthory seorang bangsawan lainnya yang juga
bertindak sadis satu abad kemudian dianggap oleh sejarawan sebagai
pendahulu dari para pembunuh berantai modern.
Rais lahir pada tahun 1404, tanggal dan bulan tidak diketahui namun
disebutkan ia lahir pada musim gugur di kota Machecoul, dekat perbatasan
dengan Inggris.
Ayahnya adalah seorang bangsawan bernama Guy de Montmorency-Laval yang
mewarisi lewat jalur adopsi kekayaan dari Jeanne de Rais dan Marie de
Craon.
Gilles de Reis mewarisi gelar Baron Reis (sekarang ditulis Retz) yang
menguasai wilayah kadipaten Reis (Retz). Gilles de Rais adalah seorang
anak yang cerdas, fasih berbahasa latin, setelah kematian orangtuanya
pada tahun 1415 ia ditempatkan dibawah pengasuhan kakeknya, Jean de
Craon.
Pada tahun 1420 sang kakek berusaha menjodohkannya dengan Jeanne de
Paynol namun hal ini tidak berhasil, kemudian ia berusaha untuk
menjodohkannya Beatrice de Rohan keponakan dari Duke of Brittany, namun
hal tersebut juga tidak berhasil.
Tapi akhirnya secara substansial Rais berhasil mengangkat derajat
keluarga Rais dimana ia menikahi Catherine de Thouars of Brittany,
pewaris dari La Vendee dan Poitou, namun hal tersebut terjadi setelah ia
sebelumnya menculik sang wanita. Kisah selanjutnya yang menghubungkan
Rais dengan kasus pembunuhan istri yang legendaris, Blue Beard yang
berdasarkan fakta bahwa dua dari beberapa pernikahan sebelumnya
digagalkan oleh kematian pengantin wanita.
Rais berpihak pada Montfort, Duke of Brittany melawan saingannya Olivier
de Blois, Count of Penthievre. Reis mendapatkan tanah hibah karena
berhasil membebaskan Duke of Brittany dan parlemen Breton mengesahkan
hibah ini sebagai hadiah moneter.
1427-1435 Rais bergabung dengan militer dan pada tahun 1429 bertempur
bersama Joan of Arc dalam beberapa pertempuran melawan Inggris dan
sekutunya Burgundy.
Meskipun beberapa penulis ada yang membesar-besarkan peranannya dalam
perang namun ia hanya membawahi pasukan bersenjata sebanyak 25 orang dan
sebelas orang pemanah dan salah seorang komandan dari lusinan komandan
setingkat dengan dia.
Rais juga bukan seorang pengawal Joan of Arc, yang mana posisi tersebut dipegang oleh Jean d'Aulon.
Namun kehormatan terbesar didapatkan oleh Rais selama masa perang itu
adalah saat ia bersama 3 komandan lainnya mendapatkan gelar
Quasi-Ceremonial Marechal, posisi dibawah Royal Konstabel. Kenaikan
pangkat ini ia dapat kan pada tahun 1429 saat penobatan raja Charles VII
pada tanggal 17 July 1429.
Kasus pembunuhan berantai yang dilakukan oleh Reis merupakan kasus
pembunuhan berantai paling awal di zaman modern, namun menurut saya ini
adalah pembunuhan paling sadis, paling gila dan diluar batas kewajaran
manusia.
sumber | digali.blogspot.com
Pada tahun 1435 Rais pensiun dari dinas militer dan mengurusi lahan
perkebunannya, mempromosikan pertunjukan theater serta menghamburkan
uang banyak yang ia warisi, dan dimasa inilah seperti yang ia terangkan
di pengadilan ia berkenalan dengan seorang pengikut okultisme sekaligus
mempraktekkannya dibawah arahan Francesco Prelati, dimana Prelatti
berjanji ia dapat mengembalikan keberuntungan Rais dengan mengorbankan
anak-anak untuk iblis yang ia sebut "Barron".
15 Mei 1440, Rais menculik seorang pendeta bernama Jean Le Ferron dimasa
sengketa gereja Saint Etienne de Mer Morte. Hal ini mendorong uskup
Nantes untuk melakukan investigasi dan para penyidik menemukan bukti
kejahatan terhadap bayi-bayi yang dilakukan oleh Rais.
Pada 29 July, Uskup Nantes merilis hasil penyelidikannya dan mendapat
dukungan kerjasama dari jaksa penuntut yang sebelumnya merupakan
pelindung Rais yakni Duke of Brittania. Pada tanggal 24 Agustus diambil
tindakan dimana Jean Le Ferron berhasil dibebaskan oleh pasukan kerajaan
yang dipimpin oleh Arthur de Richmont.
Rais sendiri bersama kroninya ditahan pada tanggal 15 September. Tuduhan
terhadap Rais terdiri atas dua dakwaan yakni dakwaan sekuler dan
dakwaan agama, yang mencakup dakwaan atas tindakan pembunuhan, dan bid'ah.
Keterangan saksi yang cukup banyak membuat hakim memiliki alasan yang
kuat untuk menjatuhkan hukuman kepada Rais. Pada tanggal 21 Oktober
setelah Rais mengaku bersalah, Pengadilan memutuskan untuk membatalkan
rencana tindakan penyiksaan untuk membuat Rais mengaku.
Transkrip sekaligus testimoni dari para orang tua yang anak-anak mereka
hilang serta deskripsi grafis dari kaki tangan Rais tentang
pembunuhan-pembunuhan yang ia lakukan disebutkan sangat menyeramkan,
yang membuat hakim memerintahkan untuk bagian-bagian yang terburuk dari
catatan tersebut dihapus.
Menurut laporan korban yang selamat, Rais merayu dan memikat anak-anak
kecil terutama yang berambut pirang dan bermata biru, yang mana akan ia
anggap sebagai anak, ditempat tinggalnya, selanjutnya Rais melakukan
tindakan keji seperti menyiksa dan memutilasi mereka.
Jumlah yang tepat dari korban-korban Rais tidak diketahui, dimana kebanyakan mayat korbannya dibakar atau dikubur.
Secara umum jumlah korban pembunuhan Rais berkisar 80-200 orang, namun
banyak juga yang menduga korbannya mencapai lebih dari 600 orang.
Para korbannya berusia diantara 6-18 tahun baik lelaki maupun wanita,
walaupun Rais lebih memilih anak lelaki dia juga mau melakukannya
terhadap anak wanita jika keadaan memungkinkan.
Pada 23 Oktober pengadilan sekuler memutuskan Rais bersalah dan pada 25
Oktober pengadilan gereja memutuskan Rais juga bersalah dan harus
menjalani hukuman ekskomunikasi dan pada hari yang sama pengadilan
Sekuler memutuskan Rais bersama kroninya, Henriet dan Poitou dijatuhi
hukuman mati.
Rais, Henriet dan Poitou digantung di Nantes keesokan harinya, 26 Oktober 1440.
Kejahatan pertama dari Rais oleh para sejarawan diyakini dilakukannya
pada tahun 1432, dimana Gilles de Sille yang merupakan sepupu Rais
melaporkan penculikan seorang bocah yang mana ia menginginkan pemuda
tersebut membawa pesannya ke kastil di Machecoul.
Sang bocah berusia 12 tahun yang tidak diketahui namanya ini magang
kepada Guillaume Hilairet. Saat bocah tersebut menghilang Hilairet
mencari de Sille lalu ia diberitahu bahwa bocah tersebut telah diculik
oleh kawanan perampok didesa Tiffauges.
Pada pengadilan Gilles, Hilairet bersaksi beserta istrinya, Jean Jeudon,
serta lima orang lainnya dari kastil Machecoul. Tak ada yang bisa
mengkaitkan Gilles de Rais dengan penculikan bocah tersebut namun ia
didakwa atas kematian bocah tersebut.
Dalam sebuah buku biography Gilles de Rais yang ditulis oleh Jean
Benedetti, ia menceritakan apa yang terjadi terhadap para korban baik
pria maupun wanita.
"Pada awalnya anak tersebut dimanja dan dipakaikan pakaian terbaik
yang tidak pernah mereka pakai sebelumnya, malam itu dimulai dengan
pesta makan dan minuman, khususnya Hippocras yang bertindak sebagai
stimulan, anak tersebut dibawa keruangan atas dimana hanya Rais dan
kroninya yang boleh naik, lalu anak tersebut dihadapkan pada situasi
sebenarnya yang akan ia alami, Shock dan ketakutan merupakan sumber awal
bagi kesenangan Gilles selanjutnya."
Sementara itu kaki tangan Gilles de Rais yakni Etienne Corillaut alias
Poitou bersaksi bahwa Rais kemudian menggantung dengan mengkaitkan tali pada lehernya, Sebelum bocah tersebut
tewas, Rais menurunkan bocah tersebut, menghiburnya kemudian mengulangi
aksinya dan setelah itu ia membunuh bocah itu sendiri atau menyuruh
bunuh.
Poitou menambahkan bahwa bocah-bocah yang menjadi korban tersebut
dibunuh dengan cara "Kadang-kadang dengan memenggal kepala mereka,
kadang menggorok tenggorokan mereka, kadang-kadang dengan
memotong-motong mereka, kadang dengan mematahkan leher mereka dengan
tongkat, dan juga ada senjata khusus untuk mengeksekusi mereka yang
bernama Braquemard (Braquemard adalah pedang pendek,tebal bermata dua)"
Gilles de Rais sangat jarang meninggalkan korbannya dalam keadaan hidup
dari eksekusi yang ia namakan kesenangan satu malam tersebut, Poitou
menambahkan bahwa selain menyodomi korbannya dan Rais sangat menikmati
saat para bocah tersebut mati dan bahkan ia juga menyetubuhi mayat
korbannya.
Sementara itu Rais dalam kesaksiannya mengatakan bahwa "Saat para bocah
tersebut mati, ia akan mencium mereka dan para bocah yang memiliki tubuh
dan wajah tampan ia akan mengkoleksi kepala mereka sebagai tanda
penghormatan untuk mereka.
Lalu ia dengan ganas membuka bagian tubuh para korban dan mendapatkan
kepuasan dari melihat organ dalam para korban, dan sering kali saat para
korban sekarat ia akan duduk diatas perut korbannya dan menikmati
kesenangan saat menyaksikan korbannya perlahan-lahan mati dan ia pun
tertawa terbahak-bahak"
Banyak dari korban Rais dikremasi dan dibakar secara perlahan-lahan dari
waktu ke waktu untuk meminimalisasi bau dari bagian tubuh yang
terbakar, berasarkan kesaksian Henriet Griart yang juga merupakan kaki
tangan Rais. Poitou menambahkan bahwa abu hasil kremasi tersebut
kemudian dibuang di parit atau di got.