Kelebihan dosis atau overdosis karena kafein masih jarang terdengar, namun faktanya sejak akhir Mei 2014 lalu sudah menyebabkan kematian sejumlah remaja.
Lanna Hamann (16) dari Arizona mengalami serangan jantung dan meninggal. Kepada CBS, ibunya mengatakan Lanna sebelumnya terlalu banyak mengkonsumsi minuman berenergi di pantai Meksiko.
Kemudian ada juga Logan Stiner (18), yang terjatuh dan meninggal 27 Mei 2014 lalu. Laporan otopsi terhadap jenazah Stiner menyebutkan adanya kadar kafein yang berlebihan di sistem tubuh Logan.
Dr Deena Blanchard,
instruktur klinis dan dokter anak di Departemen Pediatrics di NYU
Langone Medical Center mengatakan overdosis akibat kafein bisa terjadi,
meski memang tidak umum.
Toksisitas kafein dapat menyebabkan aritmia, yaitu detak jantung tidak teratur. Kondisi ini sering menyerang orang yang mengalami gangguan jantung. Ketika jantung berdetak tidak teratur terlalu cepat atau terlalu lambat, itu tidak memompa darah secara efisien, yang dapat menyebabkan serangan jantung mendadak.
"Hal ini dapat menyerang siapa saja jika Anda berlebihan minum kafein," kata dia.
American Academy of Pediatrics merekomendasikan bahwa hal tersebut banyak terdapat pada minuman energi.
"Tidak ada alasan yang menguntungkan (remaja) akan membutuhkan stimulan dalam diet (mereka), tidak ada manfaat gizi, dan mereka memiliki efek samping yang merugikan," kata Blanchard.
Melansir dailymail, Rabu (02/07/2014) dalam kasus Stiner, petugas otopsi menemukan 70 mikrogram kafein per mililiter darah dalam sistem setelah menelan bubuk kafein. Padahal 50 mikrogram saja sudah cukup mematikan. [aji]
Toksisitas kafein dapat menyebabkan aritmia, yaitu detak jantung tidak teratur. Kondisi ini sering menyerang orang yang mengalami gangguan jantung. Ketika jantung berdetak tidak teratur terlalu cepat atau terlalu lambat, itu tidak memompa darah secara efisien, yang dapat menyebabkan serangan jantung mendadak.
"Hal ini dapat menyerang siapa saja jika Anda berlebihan minum kafein," kata dia.
American Academy of Pediatrics merekomendasikan bahwa hal tersebut banyak terdapat pada minuman energi.
"Tidak ada alasan yang menguntungkan (remaja) akan membutuhkan stimulan dalam diet (mereka), tidak ada manfaat gizi, dan mereka memiliki efek samping yang merugikan," kata Blanchard.
Melansir dailymail, Rabu (02/07/2014) dalam kasus Stiner, petugas otopsi menemukan 70 mikrogram kafein per mililiter darah dalam sistem setelah menelan bubuk kafein. Padahal 50 mikrogram saja sudah cukup mematikan. [aji]