Meski
Negara Wei dikalahkan Negara Qi dalam perang Gui Ling dan kekuatan
negara itu telah mengalami degradasi, namun lantaran kekuatan pada
dasarnya kokoh dan kuat, sesudah menghimpun lagi kekuatan selama 10
tahun lebih, sebagian besar kejayaannya telah pulih.
Negara
Han yang eksis pada periode bersamaan kala itu dipimpin oleh Han
Zhao-wang dan berkat pengarahan Ming Xiangshen dengan kebijaksanaan, ke
arah dalam mengonsolidasikan diri dalam bidang pemerintahan dan
keagamaan, ke arah luar berselaras dengan para Zhu Hou (war lords),
alasan itulah yang membuat Negara Wei yang berada di selatan merasa
terancam.
Pada
masa pemerintahan Zhou Xuanwang ke-28 (341 SM), jenderal besar Negara
Wei yakni Pang Juan memimpin pasukan sekutu dari Wei dan Zhao menyerbu
langsung ibu kota Han (kini Kabupaten Xin Zheng - Henan). Han dalam
kondisi genting dan segera mengutus dutanya ke Negara Qi untuk meminta
bala bantuan.
Qi
Weiwang mengumpulkan seluruh menterinya untuk berunding dan Tian Ji
meng-usulkan agar cepat memberikan bantuan, Zouji sebaliknya beranggapan
sebaiknya tidak menolong. Konslelor militer Sun Bing pada saat itu
mengusulkan siasat "Negara Qi seharusnya mempertahankan persahabatan
yang baik dengan Negara Han dan memberikan janji untuk menolong Han,
tetapi tidak perlu terburu-nafsu mengirim pasukan, biarkan Han dan Wei
saling bertempur dahulu, setelah energi Negara Wei terkuras oleh
peperangan dengan Han tersebut baru kita kirim pasukan." Qi Weiwang
memilih menggunakan siasat Sun Bing tersebut.
Negara
Wei dengan niat melenyapkan Han mulai menginvasi Negara Han, meski Han
menyambutnya dengan sekuat tenaga masih saja lima kali berperang lima
kali kalah. Qi Weiwang melihat kekuatan pasukan Wei sudah terkikis
banyak, itulah saatnya peluang sudah matang untuk mengirim pasukan, maka
ia mengutus Tian Ji, Tian Ying dan Tian Pan sebagai jenderal serta Sun
Bing sebagai konselor militer, mengirim pasukan untuk menyelamatkan Han.
Pasukan
Qi kali ini masih menghindari bentrokan frontal dengan pasukan utama
Negara Wei tetapi langsung menyerbu ke Da Liang, ibu kota Wei. Berbekal
pengalaman kekalahan perang di Gui-Ling maka Wei Weiwang tidak berani
memandang enteng. Ia memperkokoh kekuatan pasukannya, dengan Taizi Shen
sebagai panglima dan Pang Juan sebagai jenderal yang memimpin 100 ribu
pasukan besar menyongsong pasukan Qi.
Tekad
pasukan Wei adalah perang penentuan, memang semangat mereka
berkobar-kobar. Sun Bing mengusulkan penggunaan strategi "Musuh tampil
dengan berani dan pedaya mereka agar hanya bersenjatakan peralatan
perang ringan, hindari pasukan Wei yang menggebu-gebu tekad untuk
memenangkan, pasukan Qi kita seolah jera dan berbalik mundur untuk
memancing musuh maju dengan gegabah."
Untuk
memancing pasukan Wei, pasukan Qi menggunakan taktik "cara pengurangan
anglo", Panglima Tian Ji memerintahkan pada hari pertama membuat anglo
(peralatan masak para prajurit) untuk 100 ribu orang, hari kedua anglo
tersebut dikurangi sehingga tinggal 50 ribu buah, hari ketiga tersisa 20
ribu buah saja.
Pang
Juan mengejar pasukan Qi selama 3 hari, melihat hal tersebut, ia
bersorak: "Saya sudah tahu pasukan Qi ini ketakutan, memasuki wilayah
kita baru tiga hari, sudah kehilangan separo pasukannya". Pang Juan
tidak menyadari itu adalah jebakan, dikiranya pasukan Qi menjadi keder
terbukti sebagian besar pasukannya sudah desersi, maka ia menyetop
pasukan infantrinya dan hanya memimpin pasukan kereta ringan dan
kavaleri siang malam bergegas memburu pasukan Qi.
Sun
Bing memperhitungkan waktu perjalanan, ia mengestimasi pasukan Wei pada
saat magrib akan tiba di Ma Ling (kini di sebelah barat daya Kabupaten
Fanxian, Provinsi Henan). Jalan di Ma Ling sempit, konturnya berbukit
dan banyak jurang, di kedua sisi jalan banyak ditumbuhi pepohonan lebat,
betul-betul adalah lokasi yang tepat untuk menyergap.
Sun
Bing menyuruh beberapa prajurit mengupas kulit pohon dari sebuah pohon
besar yang tumbuh pada tepi jalan, dan menulis enam aksara besar di
batang pohon besar tersebut yakni: "Pang Juan Mati di Bawah Pohon Ini",
kemudian ia menyeleksi ribuan pemanah mahir untuk menunggunya di atas
bukit di kedua sisi jalan tersebut, serta mengeluarkan sebuah perintah
militer: Sesudah langit gelap, begitu melihat cahaya api, serentak
lepaskan panah.
Ketika
matahari hampir tenggelam, benar saja ternyata Pang Juan memimpin
pasukannya telah mengejar sampai ke Ma Ling, ia menemukan kulit pohon
sebuah pohon besar di pinggir jalan terlihat samar-samar seperti
terkelupas dan pada bagian yang terang tersebut tertera tulisan, maka ia
memerintahkan para anak buah menyulut api untuk melihat tulisan apakah
gerangan, begitu melihat beberapa huruf besar tersebut ia terperanjat
setengah mati, masih belum sempat memikirkan mau bereaksi bagaimana,
pada saat yang sama para pemanah Qi yang menunggu ada api menyala maka
melesatlah puluhan ribu panah-panah dan dibarengi dengan serbuan dadakan
pasukan Qi ke arah pasukan Wei. Pasukan Wei menjadi kacau balau dan
saling bertabrakan dan saling menginjak.
Pada
situasi kalang kabut itu Pang Juan terluka parah terkena panah dan
akhirnya ia dengan geram dan penuh sesal melakukan bunuh diri. Pasukan
Qi mengejar terus mumpung di atas angin, mereka lagi-lagi telah
mengalahkan telak pasukan utama Negara Wei dan berhasil menangkap hidup
panglima mereka Taizi Shen serta memusnahkan 100.000 pasukan Wei.
Sesudah
perang Ma Ling, kejayaan Negara Wei mulai surut, beberapa negara
seperti Qi, Qin dan Zhao bersekutu menyerbu Wei pada tahun kedua setelah
perang Ma Ling, dan saling berbagi wilayah Wei yang berhasil dicaplok,
sejak saat itu Negara Wei tak lagi dapat bangkit, sedangkan Negara Qi
menggetarkan para Zhu Hou (warlords) dari empat penjuru, serta menjadi
negara hegemonis perkasa di wilayah timur.
Selain
itu dampak yang lebih besar ialah fondasi kenegaraan yang telah
dibangun oleh mantan Negara Jin selama jangka waktu lama, melalui perang
tersebut nyaris musnah, perlindungan Tiongguan (wilayah sentral
kebudayaan dan geografis China) terhadap Negara kuat Qin dari wilayah
barat muncul rongga yang menganga. Tiga negara asal Jin tidak memiliki
kekuatan penuh untuk membendung ekspansi Negara Qin ke arah timur,
keadaan Tionggoan dengan demikian telah berubah, drama panggung besar
sejarah berkembang ke arah jalur bagaimana menangkal infiltrasi Qin.
Dengan
peristiwa "Mengepung Wei menolong Zhao" dan "Pertempuran Ma Ling"
memberi inspirasi "Berawal dengan mencelakakan orang, pasti berakhir
dengan celaka", itulah kisah antara Sun Bing dan Pang Juan. (Huang
Rong/The Epoch Times/whs)
sumber | digali.blogspot.com