Menanti Kehadiran Hologram di Komunikasi Virtual

icon18_edit_allbkg


Menanti Kehadiran Hologram di Komunikasi Virtual

Butuh puluhan juta dolar untuk mengembangkan teknologi hologram ini.

.com/blogger_img_proxy/


Banyak ilmuwan yang percaya jika teknologi holografik bisa digunakan untuk mendukung komunikasi masa depan. Dari efek film yang sering menampilkan adegan karakter muncul tiba-tiba dalam wujud hologram, temuan NASA, hingga yang terbaru adalah Ostendo Technologies.

Inovasi yang diyakini akan mengomersialkan teknologi holografik ke dalam dunia telekomunikasi dua tahun mendatang. Namun sejatinya, apakah teknologi tersebut akan bisa dilakukan?

Star Wars Mania pasti selalu ingat dengan adegan ketika Ki Adi Mundi datang dengan tiba-tiba dalam wujud hologram untuk sebuah pertemuan dengan Yoda dan Obi Wan Kenobi. Teknologi hologram seperti itu terus dilakukan berulang di Star Wars sejak kemunculan pertamanya pada 1977.

Efek yang digunakan StarWars ini kemungkinan besar diinspirasi dari ilmuwan Dennis Gabor, yang menemukan teori holografi pada 1947.

Gabor kala itu menemukan teknologi hologram saat ingin mengembangkan resolusi sebuah mikroskop elektron. Sayangnya, pengembangannya tidak sempurna, karena terkendala sumber cahaya yang tidak koheren.

Kala itu, cahaya hanya bisa menampilkan satu warna, dari satu titik melalui satu panjang gelombang. Temuan Gabor tidak berhenti sampai di situ saja.

Meski telah tiada, banyak ilmuwan lain yang mencoba mengembangkan teknologi holografi itu. Sebut saja ilmuwan Rusia N. Bassov dan A. Prokhorov bersama Charles Towns yang menemukan teknologi laser.

Laser merupakan pancaran cahaya kuat yang dapat menjadi dasar pembuatan cahaya hologram. Ilmuwan lainnya yang tercatat dalam situs Holography.ru adalah Emmeth Leith dan Juris Upatnieks yang menghasilkan transmisi laser hologram 3D pertama. 

Baru pada 1962, Dr. Yuri N. Denisyuk mengombinasikan teknologi holografi dengan temuan fotografi warna milik Laureate Gabriel Lippman. Pada 1972, Lloyd Cross mengembangkan hologram yang bisa memproduksi gambar 3 dimensi bergerak, karena memadukan holografi dengan sinematografi konvensional.

Pada kisaran 1970 juga, sebuah prototipe untuk memproyeksikan film lewat bantuan hologram diperkenalkan oleh Victor Komar. Namun, semua teknologi itu masih sebatas satu dimensi dan tidak bisa bergerak layaknya objek virtual yang ada di film-film.

Cara kerja hologram

Dilansir melalui situs holografi Rusia itu, setidaknya ada 2 fenomena fisik yang menjadi prinsip holografi, yaitu interferensi dan difraksi dari gelombang cahaya.

Hologram merupakan cerminan dari impresi 3 dimensi di permukaan datar sebuah gelombang cahaya. Oleh karena itu, untuk membuat sebuah hologram, terlebih dulu harus memfoto gelombang cahayanya.

Bayangkan, bagaimana cepatnya refleks seseorang untuk memfoto gelombang cahaya yang memiliki kecepatan 300.000 kilometer per detik. Untuk itulah dibutuhkan teknik untuk menghentikan foton ini agar bisa difoto, atau dengan cara mengganggu pola cahaya saat mereka bersandingan.

Teknik ini yang dinamakan interferensi. Sementara itu, koherensi dalam ilmu fisika merupakan hal yang ideal untuk menampilkan gelombang.

Cahaya tidak bisa dihentikan begitu saja, karena sifatnya yang memancar ke segala penjuru tanpa batas. Sementara itu, dalam kebutuhan komunikasi, cahaya hologram hanya butuh untuk tampil di satu titik tertentu, tanpa harus menyebar dengan menghadirkan gambar yang sesuai ukuran yang diinginkan.

Hologram sejatinya merupakan rekaman gambar bergerak yang dipancarkan ke sebuah medium dengan laser yang dipisah oleh cermin. Kemudian, gambar itu diproyeksikan ke sebuah selaput transparan sehingga memunculkan objek yang seolah-olah nyata.

Teknologi untuk komunikasi

Beberapa ilmuwan masih tertarik untuk mengembangkan teknologi hologram, khususnya untuk mewujudkan impian dari StarWars dalam berkomunikasi jarak jauh. Pada 2012, terkuak kabar jika lembaga mata-mata di Amerika sedang mengembangkan teknologi ini.
Dilansir melalui Wired.com, pemerintah AS menggelontorkan US$58 juta untuk mewujudkan teknologi hologram ini. Mereka telah mulai mengembangkan teknologi ini sejak bertahun-tahun lalu.

Untuk sekarang ini, di mana terdapat teknologi tiga dimensi, dengan teknik pencahayaan laser dipadukan dengan komputer, tidak terlalu sulit untuk mengembangkan teknologi hologram dalam industri gadget komunikasi. Pada 2012, misalnya, saat event Coachella di San Diego, rapper kulit hitam Tupac Shakur hadir dan bernyanyi di panggung.

Padahal, ia telah meninggal beberapa tahun lalu. Atau ketika pertandingan Super Bowl, Beyonce pun hadir bersama sekitar 5 "kembarannya" dalam bentuk hologram dan bernyanyi di panggung. Teknologi ini juga telah digunakan dalam ajang Olimpiade London 2012.

Pada 2007, vendor ponsel Motorola pernah menyematkan chip proyektor kecil di ponselnya bekerja sama dengan MicroVision. Chip proyektor tersebut bernama PicoP yang memiliki teknologi laser ultra-miniature. Namun, teknologi ini hanya sebatas proyektor kantoran untuk memancarkan gambar ke layar datar.

Marcin Panek, pimpinan perusahaan teknologi display, Leia Display System yakin jika gambar hologram bisa berbicara, bergerak dan mendengarkan secara real time suatu saat nanti. Bahkan, inovasi ini sudah semakin dekat terwujud dan akan bisa diaplikasikan dalam kurun kurang dari 5 tahun lagi.

“Kita sedang berada di ambang teknologi yang pada 40 tahun lalu hanyalah sebuah mimpi. Ini adalah fiksi sains menjadi fakta sains. Untuk saat ini, hologram yang kami buat dibentuk dari mesin yang memiliki ukuran 6 kaki tingginya. Ke depan kami akan kembangkan menjadi lebih kecil lagi,” ujar Panek.

Kecil adalah segalanya yang dibutuhkan saat ini. Jika hologram telah berhasil dikembangkan, pekerjaan selanjutnya adalah membuatnya menjadi kecil sehingga bisa dipakai oleh penggunanya.

Untuk itu, tahun ini, Ostendo Technologies membuat chip hologram 3D yang seukuran jari. Saking kecilnya, chip proyektor mini ini bisa disematkan ke dalam smartphone atau smartwatch. Proyektor ini bisa memancarkan gambar sebesar 48 inci di media datar.

Banyak perkembangan yang dilakukan Ostendo Tech sejak 9 tahun belakangan mewujudkan perangkat ini. Dalam chip tersebut, mampu ditampilkan gambar hologram yang tidak biasa, namun lebih tajam dan pergerakannya mulus.

Teknologi hologram ini mengusung 5.000 piksel per inci. Dibanding piksel yang ada di layar smartphone, misalnya iPhone yang hanya 300 piksel per inci, hologram ini jauh lebih tajam.

"Selama bertahun-tahun kita memiliki tenaga yang meningkat dan jaringan dengan bandwidth yang terus bertambah. Yang belum adalah peningkatan di industri display atau tampilan. Bayangkan jika semua yang ada di hadapan ada hadir dalam format tiga dimensi meski jaraknya jauh di luar sana," ujar Dr. Hussein El-Ghoroury, CEO OStendo.

Ostendo merupakan perusahaan yang mendapat hibah dana dari DARPA, melalui IARPA (Intelligence Advanced Research Projects Activity). Awalnya, IARPA mengembangkan teknologi bernama Synthetic Holographic Observation (SHO).

IARPA ingin membuat sistem display penuh warna yang secara simultan dapat menampilkan gambar bergerak dan bisa dilihat oleh banyak orang dengan mata telanjang. Namun, alih-alih ingin mengerjakan projek itu sendiri, IARPA memberikan kontrak proyek dan prototipe SHO kepada Ostendo untuk dikembangkan lagi.

Sebagai imbalannya, IARPA menyerahkan dana awal US$58 juta. Dalam perkembangannya, Ostendo mendapatkan hibahan dana baru dari Peter Thiel sebesar US$90 juta.

Macin Panek yakin jika banyak perusahaan teknologi yang bisa mewujudkannya. Bahkan, bukan hanya menghadirkan objek hologram manusia, tapi juga kamar hologram yang memungkinkan objek 3D ditampilkan dari segala sudut.

“Teknologi ini bukanlah hal yang mustahil. Dengan adanya teknologi yang berkembang cepat di segala bidang, ini hanyalah masalah waktu,” kata Panek.

Ostendo akan menghadirkan prototipe teknologi grafis hologram ini ke Angkatan Udara Amerika pada Juli 2016. Chip 3D yang dikenal sebagai Quantum Photonic Imagers akan diluncurkan pada paruh kedua 2015.

Harganya diperkirakan mencapai US$30 ketika diproduksi secara massal. Harga ini sama dengan banderol chip kamera yang disematkan di smartphone. (art)

sumber | digali.blogspot.com




backtotop