Pemberian air susu ibu (ASI) sesuai dengan standar baku meminimalkan infeksi saluran pernapasan akut
pada bayi. Sistem kekebalan tubuh bayi hingga usia dua tahun akan
berkembang dengan baik termasuk dari perlindungan pada konsumsi ASI.
Dokter spesialis anak,
Tunjung Wibowo mengatakan, ASI mengandung antibodi IgA sekretori (sIgA).
Ketika menyusui, kandungan itu berpengaruh terhadap paparan
mikroorganisme di saluran cerna bayi dan membatasi masuknya bakteri ke
dalam aliran darah.
“Tidak ada formula lain, sekalipun susu mahal yang bisa menggantikan ASI di masa golden age,” kata dokter di RSUP dr. Sardjito itu kepada Harian Jogja.
Dalam penjelasan yang disampaikan di seminar
pengenalan ASI di Hotel Grage, Sosrowijayan, Tunjung memaparkan, peran
perlindungan ASI terdapat pada tingkat mukosa. Pada saat ibu mendapat
kekebalan pada saluran cernanya, kekebalan di dalam ASI juga terangsang
pembentukkannya.
Keadaan tersebut yang
melindungi bayi baru lahir terhadap berbagai infeksi secara efektif.
Selain infeksi, ASI eksklusif juga dapat mengurangi risiko penyakit lain
seperti diare, infeksi saluran kemih, infeksi saluran cerna, diabetes melitus, jantung, stroke dan lainnya.
Disampaikan juga,
Imunoglobulin A yang terdapat di dalam ASI memiliki aktivitas antitoksin
terhadap racun yang dihasilkan bakteri E. Coli dan V. Cholerae. Bahkan,
jenis bakteri E. coli yang ditemukan pada tinja bayi menyusui berbeda
dengan bayi yang mendapat susu formula. Jenis E. coli pada bayi menyusui
lebih sensitif terhadap efek bakterisidal. Hal ini merupakan salah satu
cara ASI melindungi tubuh terhadap infeksi.
Tunjung mengatakan, ASI
memberikan perlindungan kepada bayi melalui beberapa mekanisme, antara
lain memperbaiki pertumbuhan mikroorganisme non-patogen, mengurangi
pertumbuhan mikroorganisme patogen saluran cerna, merangsang
perkembangan barier mukosa saluran cerna dan napas, dan faktor spesifik
pada sel kekebalan. Di samping itu juga mengurangi reaksi peradangan dan
sebagai perangsang kekebalan.
Kepala Bidang Kesehatan
Masyarakat Dinas Kesehatan DIY, Inni Hikmatin menyampaikan, ASI
merupakan makanan terbaik bagi usia 0-6 bulan atau pemberian secara
eksklusif. “Kecerdasan dan imunitas anak akan lebih baik pada bayi
dengan AS eksklusif,” katanya di sela acara Sosialisasi Pekan ASI
Sedunia di Sosrowijayan.
Hanya, katanya, kini
kecenderungan ibu muda tidak memiliki banyak waktu untuk memberikan ASI
kepada bayinya secara eksklusif enam bulan dan dengan makanan tambahan
hingga usia dua tahun. Padahal, lanjutnya, perkembangan teknologi
memberikan kemudahan penyimpanan ASI perahan di lemari pendingin.
“Butuh kesadaran dan
sosialisasi pentingnya ASI untuk bayi, dan bagaimana ibu memiliki
pengetahuan akan pentingnya hal itu,” katanya
sumber | digali.blogspot.com