Para peneliti memberikan soal kepada anak-anak yang harus dipecahkan. Selain itu, mereka menguji kemampuan logika responden. Juga, mengeksplorasi keterbatasan serta hambatan pemahaman informasi yang diterima responden.
"Anak-anak Singapura, Jepang, Cina, dan Korea menempati posisi pertama dalam persoalan perekonomian," tulis CNN, 1 April 2014. "Sementara anak Amerika Serikat hanya mencetak di atas rata-rata, Israel dan Rusia berada di skor rendah."
OECD mengatakan, kemampuan untuk memecahkan masalah kompleks adalah kunci keberhasilan ekonomi di masa depan. "Bila di masa remaja mereka sulit memecahkan persoalan, maka di masa dewasa mereka akan mengalami kesulitan," kata Andreas Schleicher, Direktur Pendidikan dan Keterampilan OECD.
Permasalahan dalam tes itu dirancang seperti hal yang dihadapi orang dewasa dalam pekerjaannya. Seperti menggunakan ponsel yang tidak biasa atau mesin penjualan tiket. Dalam laporan, satu dari 10 pekerja menghadapi kesulitan setiap hari.