Di era Perang Dingin, AS meluncurkan program Star Wars untuk menggertak Uni Soviet. Namun baru saat ini program itu menghasilkan senjata generasi baru.
Senjata itu bernama Electromagnetic (EM) Railgun. Senjata mampu melontarkan proyektil sepuluh kilogram dengan kecepatan 5.400 mil per jam, atau tujuh kali kecepatan suara, sejauh 100 kilometer.
Bandingkan dengan peluru kendali (rudal) Tomahawk, yang hanya berkecepatan 550 mil per jam, dan artileri angkatan laut yang berkecepatan 2.000 mil per jam. Sedangkan kecepatan suara adalah 768 mil per jam.
Peneliti di AS dan Inggris menyebut EM Railgun adalah senjata teknologi star wars, karena semula hanya milik dunia fiksi. Kini, senjata itu benar-benar ada.
Senjata telah di uji coba di darat, dan sukses. Mengutip sejumlah sumber, dailymail memberitakan senjata akan diuji coba di laut selama dua tahun.
Sejauh ini AS baru membuat dua prototipe EM Railgun untuk Angkatan Laut. BE Systems, produsen senjata Inggris, terlibat dalam pengembangan senjata ini.
Berbeda dengan senjata lain, EM Railgun menggunakan energi elektromagnetik untuk melontarkan peluru seberat 10 kilogram yang dapat menembus tiga dinding beton, atau enam pelat baja setebal setengah inci.
Laksamana Matthew Klunder, kepala US Naval Research, mengatakan EM Railgun adalah senjata masa depan. Senjata telah terpasang di USNS Millinocket untuk uji coba di laut tahun 2016.
"Ini bukan fiksi lagi," ujarnya. "Senjata ini akan membantu kami mempertahankan diri dari serangan udara dan rudal balistik."
Lebih penting lagi, masih menurut Klunder, pengoperasian senjata ini jauh lebih murah dibanding sistem rudal yang digunakan AS saat ini.
Penembakan proyektil pada senjata ini tidak menggunakan amunisi, tapi energi elektromangnetik yang disebut Lorenz Force. Proyektil diletakan di dua rel yang menghantarkan listrik, sebelum meluncurkannya dengan kecepatan tinggi.
Satu kapal perang biasanya membawa puluhan rudal konvensional. Harga satu rudal 600 ribu pound. Sedangkan proyektil EM Railgun hanya 15.ribu pound.
Railgun kali pertama diperkenalkan oleh Louis Octave Fauchon-Villeplee, penemu asal Prancis, hampir seratus tahun lalu. Adolf Hitler sempat melakukan penelitian untuk mengembangkan senjata ini sebagai senjata anti-pesawat selama Perang Dunia II. [tst]