Kata orang, kalau sedang jatuh cinta tahi ayam terasa seperti cokelat. Semuanya terasa indah dan manis. Ternyata, hal ini bisa dibuktikan secara ilmiah. Cinta memang membuat makanan terasa lebih manis!
Jurnal Emotion edisi Desember 2013 memuat hasil penelitian Kai Qin Chan, kandidat doktor di Radboud University Nijmegen, Belanda, dan rekan-rekannya. Mereka memelajari metafora emosi cinta setelah membaca penelitian terdahulu tentang kaitan rasa kesepian dan kedinginan serta berat buku dan tingkat kepentingannya.
Selain penasaran akan hubungan cinta dengan rasa manis, Chan juga ingin meneliti korelasi kecemburuan dan rasa pahit. Alasannya, di Bahasa Mandarin metafora cemburu adalah 'chi ku' yang secara harfiah bermakna 'memakan kepahitan'. Di Jerman juga ada metafora demikian.
Chan dan rekan-rekannya melakukan tiga eksperimen dengan mahasiswa National University of Singapore. Pada dua studi pertama, peneliti meminta 197 orang mahasiswa menulis pengalaman romantis, cemburu, atau topik netral.
Kemudian, seperti diberitakan situs Live Science (21/01/2014), para peserta studi mencicipi permen kenyal manis-asam atau cokelat pahit-manis. Kombinasi rasa kedua permen tadi masing-masing seimbang. Setelah itu, mereka diminta menuliskan tingkat rasa manis, pahit, dan asam.
Hasilnya, mereka yang menulis tentang cinta menilai permen dan cokelat tersebut lebih manis dibandingkan mahasiswa yang membahas topik cemburu atau netral. Bagaimanapun juga, metafora Mandarin tadi tak terbukti karena kecemburuan tak berefek terhadap penilaian rasa pahit.
Peneliti mengulangi penelitian tersebut, tapi kali ini dengan 93 sukarelawan baru yang mencicipi air suling yang diperkenalkan sebagai produk minuman baru. Lagi-lagi, cinta membuat air terasa lebih manis, padahal sebenarnya tak memiliki rasa. Kecemburuan juga tak memengaruhi rasa air
Menurut Chan, temuan ini penting karena dua alasan. Pertama, air yang terasa manis saat orang memikirkan cinta menunjukkan bahwa emosi tidak membuat reseptor rasa di lidah lebih peka terhadap gula karena air tersebut tak mengandung gula sama sekali. Jadi, efeknya pastilah berasal dari pemrosesan informasi rasa di otak.
Kedua, kurangnya efek rasa cemburu membuktikan bahwa bahasa saja tak memengaruhi indra. Metafora memiliki makna yang jauh lebih dalam. Peneliti menduga metafora yang sudah tertanam berkembang setelah melalui banyak pengalaman.
Kaitan antara cinta dan pengalaman fisik tentang rasa manis bisa jadi berawal dari bayi. Mereka meminum ASI atau susu formula yang manis, dan belajar mengaitkan rasa tersebut dengan cinta ibunya.
Kehangatan fisik orang tua juga mungkin berhubungan dengan kedekatan dan penerimaan, sehingga perasaan sendiri jadi berkaitan dengan kedinginan sejak kecil.
Bahkan, kaitan berat dan tingkat kepentingan buku bisa jadi juga karena fisik. Buku-buku penting seperti kamus cenderung besar dan berat, sementara bacaan santai biasanya memiliki sampul yang ringan.
(odi/fit)
sumber | wowunic.blogspot.com | http://food.detik.com/read/2014/01/23/133321/2475953/297/2/terbukti-benar-cinta-membuat-makanan-terasa-lebih-manis