Foto lukisan-lukisan tersebut dipampang dalam konferensi pers Selasa, 5 November 2013 kemarin. Hasil jarahan Nazi dari koleksi pribadi atau institusi. Di antaranya juga ada karya Marc Chagall, Otto Dix, Max Liebermann, dan Henri Matisse yang belum terdaftar sebelumnya. Juga karya Pablo Picasso, Henri de Toulouse-Lautrec, Canaletto dan Gustave Courbet.
Nilainya tak main-main sekitar 1 miliar euro atau Rp 15 triliun! Jaksa setempat mengungkapkan, kepemilikan asli karya-karya seni tersebut masih diklarifikasi.
Reinhard Nemetz, kepala Kantor Kejaksaan Augsburg mengungkapkan, 121 karya yang dibingkai dan 1.285 yang tak dibingkai disita dari sebuah flat milik Cornelius Gurlitt di Munich, Maret tahun lalu.
"Saat kami menggeledah apartemen kami temukan berbagai lukisan," timpal pejabat cukai, Siegfried Kloeble, seperti dimuat BBC, 5 November 2013.
Ahli seni Meike Hoffmann mengatakan beberapa karya terlihat kotor, tapi tak rusak. "Karya-karya ini sebelumnya diyakini telah hancur, tapi bisa dilihat dalam kondisi relatif baik, ini sangat melegakan," kata dia.
Dia menambahkan, lukisan-lukisan tersebut punya kualitas bagus dan punya nilai berharga di mata para ahli seni. "Sejumlah karya bahkan belum diketahui eksistensinya hingga saat ini."
Pialang Nazi
Lukisan-lukisan itu terungkap saat Gurlitt diselidiki penggelapan pajak. Karya-karya berharga itu ditemukan di kamar yang gelap dan berantakan.
Lukisan-lukisan berbingkai ditumpuk di rak, seperti di gudang museum. Sementara karya-karya yang tak dibingkai menumpuk di laci.
Belum jelas apakah Gurlitt melakukan pelanggaran. Perkara hukum terkait benda-benda itu sangat kompleks. Meski demikian, para penyidik telah menemukan bukti kuat bahwa sejumlah karya itu disita Nazi dari pemilik sebelumnya.
Menurut sebuah laporan majalah Jerman Focus, Gurlitt adalah putra pialang seni Nazi di Munich. Ia kadang-kadang menjual lukisan jika sedang butuh uang.
"Kami tak punya kecurigaan kuat terjadi tindakan kriminal, yang bisa menjadi dasar penahanan," kata Reinhard Nemetz.
Lalu, mengapa pemerintah Jerman merahasiakan kasus ini dalam waktu lama sampai setahun?
Menurut, Nemetz, justru akan kontra-produktif jika cepat-cepat terungkap ke publik. Yang jelas, ada alasan praktis dan hukum untuk merahasiakan temuan itu.
Ayah Gurlitt, Hildebrand mengumpulkan karya seni dari Abad ke-20 yang dianggap 'bukan asli Jerman' atau 'memiliki derajat rendah' dan mencopotnya dari dinding museum milik pemerintah. Ia direkrut Nazi khusus untuk menjualnya ke luar negeri atau pada sejumlah individu.
Setelah perang, Hildebrand mengaku pada penyelidik bahwa koleksi tersebut hancur dalam pemboman Sekutu di Dresden pada 1945. Ia juga mengaku sempat dianiaya karena punya nenek seorang Yahudi.
Hildebrand meneruskan pekerjaannya sebagai pialang, dan tewas dalam sebuah kecelakaan mobil pada 1956.
Sebuah kelompok Yahudi telah mempertanyakan lamanya waktu yang dibutuhkan Jerman untuk mengungkap karya seni itu. Juga meminta agar lukisan-lukisan itu dikembalikan ke pemilik aslinya. Mereka berdalih, koleksi seni yang dirampas Reich Ketiga hampir semuanya milik Yahudi .
Namun, pihak pelelangan berpendapat bahwa setidaknya beberapa karya tersebut dibeli dengan harga murah pada tahun 1938 oleh ayah Gurlitt dari sebuah koleksi seni milik negara.

sumber | wowunic.blogspot.com | http://news.liputan6.com/read/738463/terkuak-harta-karun-seni-jarahan-nazi-bernilai-rp-15-triliun/?related=pbr&channel=n
Menurut sebuah laporan majalah Jerman Focus, Gurlitt adalah putra pialang seni Nazi di Munich. Ia kadang-kadang menjual lukisan jika sedang butuh uang.
"Kami tak punya kecurigaan kuat terjadi tindakan kriminal, yang bisa menjadi dasar penahanan," kata Reinhard Nemetz.
Lalu, mengapa pemerintah Jerman merahasiakan kasus ini dalam waktu lama sampai setahun?
Menurut, Nemetz, justru akan kontra-produktif jika cepat-cepat terungkap ke publik. Yang jelas, ada alasan praktis dan hukum untuk merahasiakan temuan itu.
Ayah Gurlitt, Hildebrand mengumpulkan karya seni dari Abad ke-20 yang dianggap 'bukan asli Jerman' atau 'memiliki derajat rendah' dan mencopotnya dari dinding museum milik pemerintah. Ia direkrut Nazi khusus untuk menjualnya ke luar negeri atau pada sejumlah individu.
Setelah perang, Hildebrand mengaku pada penyelidik bahwa koleksi tersebut hancur dalam pemboman Sekutu di Dresden pada 1945. Ia juga mengaku sempat dianiaya karena punya nenek seorang Yahudi.
Hildebrand meneruskan pekerjaannya sebagai pialang, dan tewas dalam sebuah kecelakaan mobil pada 1956.
Sebuah kelompok Yahudi telah mempertanyakan lamanya waktu yang dibutuhkan Jerman untuk mengungkap karya seni itu. Juga meminta agar lukisan-lukisan itu dikembalikan ke pemilik aslinya. Mereka berdalih, koleksi seni yang dirampas Reich Ketiga hampir semuanya milik Yahudi .
Namun, pihak pelelangan berpendapat bahwa setidaknya beberapa karya tersebut dibeli dengan harga murah pada tahun 1938 oleh ayah Gurlitt dari sebuah koleksi seni milik negara.